Pemuda Kampung Budaya Piji Wetan Lestarikan Kearifan Lokal

oleh -1,607 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Semang pemuda Kampung Budaya Piji Wetan patut diacung jempol, Ya, kampong yangberada di desa Lau Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus itu telah melestarikan budaya dan kearifan local. Yakni dengan nguri-nguri  ajaran Kanjeng Sunan Muria. Seperti Tapa Ngeli dan Pager Mangkok.

Muchamad Zaini, sang penggagas Kampung Budaya Piji Wetan mengatakan bahwa pembentukan kampung budaya berawal dari keprihatinan terhadap kebudayaan masyarakat yang cenderung luntur. Terpaan zaman yang berdampak menghilangkan budaya leluhur itu dirasa tak pantas untuk diteruskan generasi muda.

Oleh sebab itu pihaknya mengkombinasi budaya, dengan tidak mempertahankan budaya leluhur dengan budaya masa kini yang pas untuk adat ketimuran, ”Kami tak serta merta meninggalkan kemajuan zaman, justru budaya kuno kami kemas dengan masa kini,” terangnya.

Ada empat kegiatan yang digelar, Pasar Ampiran, kelas pagi, Panggung Ngepringan, dan Taman Dolanan.

Untuk gelaran kelas pagi, membahas tentang citizen journalism. Kemudian, gelaran Taman Dolanan Anak yang menyuguhkan permainan tradisional, seperti congklak, gendrik, egrang, dan masih banyak lagi permainannya.

“Untuk taman Dolanan anak bercerita tentang filosofi permainan tradisional,” tuturnya.

Lebih lanjut, ada Pasar Ampiran, yang memgharuskan penghunjung untuk menukarkan uang asli dengan uang koin dari bahan kayu agar dapat membeli makan dan minuman tradisional khas Dukuh Piji Wetan, Desa Lau.

Terakhir, masih kata Zaini, ada panggung Ngepringan, yaitu pementasan rakyat. Dimana anak-anak desa yang memerankan langsung cerita tentang Legenda Sunan Muria dan asal usul Dukuh Bakaran.

“Jadi ini adalah sebuah program pemberdayaan desa bekerjasama dengan Kemendikbud yang mengangkat Budaya dan Kearifan lokal,” tutur dia.

Dikemas apik dengan kearifan lokal, serta memegang teguh ajaran dari Sunan Muria, yaitu Tapangeli dan Pager Mangkuk praktis membuat guyub dan semangatnya Warga Piji Wetan.

“Tetap melibatkan dan memperhatikan protokol kesehatan tentunya. Kami berharap ini akan muncul khazanah budaya khas lokal yang menjadi pilar kebaikan dan menghidupkan ekonomi warga,” tandas dia

Lebih lanjut, kata Zaini, setiap pemuda perlu memiliki wawasan tentang kebudayaan. Terlebih lagi menggali nilai leluhur di kampungnya sendiri. Zaini melihat desa-desa di Kudus juga memiliki potensi yang sama dengan Kampung Budaya Piji Wetan. Warisan leluhur yang belum tergali masih sangat relevan diterapkan di zaman sekarang.

”Pemuda itu sebagai pewaris. Maka dari itu kembali lagi mereka mau menggali nilai budaya yang ada di wilayahnya,” jelasnya.

Ia menjelaskan, laku Tapa Ngeli mengandung makna, sengaja menghanyutkan diri tetapi tidak terbawa oleh arus gelombang yang ada. Kedua, ajaran Pagar Mangkuk. Ini untuk mendidik masyarakat agar ringan tangan dalam bersedekah dan membantu orang lain.

Pentingnya mengenal kearifan lokal di wilayah sendiri, bagi pemuda itu sebagai proses pencarian jati diri. Budaya desa atau warisan leluhur bisa dipegang erat dan dilestarikan.

Pengemasan dan cara pelestarian budaya tempo dulu dikemas dengan apik di sana. Sebelum lonjakan kasus pandemi Covid-19, tiap beberapa bulan sekali kampung tersebut membuat festival budaya.

Sementara Kasi Pembangunan Sumber Daya Pemuda pada Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Kudus Agus Subandi mengatakan bahwa pihaknya tetap mmberikan support, utamanya pada organisasi kepemudaan karang taruna.

”Kami memberi bekal muatan budaya lokal yang harus dilestarikan sesuai kearifan di wilayah itu,” katanya.

Ia mengapresiasi penggagas kampong budaya piji wetan karena telah  memberikan edukasi juga sangat kreatif untuk membangkitkan semangat anak muda dalam melestarikan budaya lokal serta nilai-nilai luhur dari Kanjeng Sunan Muria.

“Ini sesuatu yang sangat luar biasa, dari aktifitas pemuda, istilahnya dengan menggali nilai-nilai lokal yang ada,” katanya

“Kegiatan ini banyak nilai-nilai dari Kanjeng Sunan Muria yang bisa diturunkan ke anak cucu nantinya. Utamanya nilai-nilai Kanjeng Sunan Muria, dimana itu dijadikan sebuah aktifitas yang nantinya bisa turun temurun akhirnya,” jelas dia.

Agus berharap, semoga nantinya desa-desa lain dapat meniru dan mencontoh kampung Piji Wetan ini supaya dapat menggali potensi melalui nilai-nilai luhur yang baik di desanya masing-masing. (AJ/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :