Penyusunan Tupoksi Dan Sistem Manajemen Pengelolaan DBHCHT

oleh -977 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Penyusunan  tupoksi  dalam pengelolaan dana bagi hasil cukai hasil tembakau yang semestinya sudah diatur dalam  SOTK  masing-masing  dinas terkait  pengelolaan  dana  bagi  hasil cukai hasil tembakau tidak ada kendala. Khususnya  dalam  pembagian wewenang mulai dari perencanaan oleh BAPPEDA  Kabupaten  Kudus, pelaksanaan kegiatan oleh SKPD terkait pengelolaan dana bagi hasil cukai hasil tembakau,  dan  pelaporan  yang  dikelola oleh  bagian  sektertariat  daerah Kabupaten  Kudus.

Perlu Sistem Manajemen yang tertata baik karena dalam pengelolaan Program DBHCHT melibatkan alokasi dana yang besar dan keterlibatan berbagai Satuan Kerja Pemerintah Daerah yang banyak di sesuakan peruntukan dalam kegiatan pengalokasian dana program.

Organizing

Pengelolaan DBHCHT diperlukan manajemen organisasi yang baik dan benar, dibawah kedali Kepala Daerah atau Bupati, Dana ini selanjutnya melibatkan struktur satuan kerja di bawahnya untuk menyusun program pengorganisasian kegiatan, dengan penjadwalan dan peruntukan yang tepat agar pada saaatnya implementasi program di lapangan tidak terdapat miss management.

Actuating

Dalam  pelaksanaan program/kegiatan  pengelolaan  dana bagi  hasil  cukai  hasil  tembakau  di

Kabupaten  Kudus,  pemerintah  dibantu oleh  pihak  swasta  untuk  mengadakan kegiatan  seperti  job  fair  dan pemberdayaan  sosial.  Pihak  swasta tersebut antara lain CV Maju Jaya, PT. Columbia,  PR  Sukun,  PT.  FIF,  AJB Bumiputera,  PT  NSC  Finance,  WOM Finance,  Muntira,  PT.  Asuransi Sinarmas,  PT.  Sami,  Yamaha Mataramsakti,  BTPN  Syariah,  PT.

Cakap,  PT.  BFI  Finance,  Swalayan ADA,  PT.  Pura  Barutama, POLYTRON,  PT.  Karya  Pak  Oles Tocker,  CV  Sakti  Mulia,  PT Pioneerindo  Gourmet  Int.

Keterlibatan pihak  luar  seperti  swasta  tersebut diharapkan dapat membantu pemerintah

dalam mencapai sasaran dan tujuan dari pengelolaan dana bagi hasil cukai hasil tembakau  oleh  pemerintah  Kabupaten Kudus.  namun  kekurangan  dalam pengelolaan dana bagi hasil cukai hasil tembakau  oleh  pemerintah  Kabupaten Kudus  adalah  kurangnya program/kegiatan  yang  terlaksana secara menyeluruh.

Controlling

Fungsi  pengawasan  pemerintah Kabupaten  Kudus  dalam  pengelolaan dana  bagi  hasil  cukai  hasil  tembakau menurut  analisis  peneliti  kurang berjalan  dengan  baik.  Disini  fungsi pimpinan  (Bupati)  kurang  terlibat langsung dalam pengawasan khususnya monitoring  dalam  program/kegiatan yang dilaksanakan SKPD.

Dari  pemaparan  mengenai laporan  realisasi  penggunaan  dana  bagi hasil  cukai  hasil tembakau  Kabupaten Kudus  semester  I  tahun  2014  bahwa pada  program  peningkatan  kualitas bahan  baku  ada  kegiatan  berupa pengembangan  sarana  laboratorium  uji dan  pengembangan  metode  pengujian dengan  anggaran  sebesar  sebesar  Rp 350.000.000,00  dan  terserap  Rp 10.852.000,00.  Tentunya  hal  ini  sangat berbeda  dengan  penjelasan  salah  satu

informan  bahwa  program  peningkatan kualitas  bahan  baku  tidak  dapat dilaksanakan  di  Kabupaten  Kudus karena  Kabupaten  Kudus  merupakan daerah  penghasil  rokok,  bukan

penghasil tembakau. (YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :