Kudus, isknews.com – Gerakan literasi yang dikembangkan oleh pemerintah terus ditindaklanjuti oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah (Arpusda) Kabupaten Kudus. Satu diantaranya pengembangan literasi kebudayaan yang kini mulai semarak di wilayah Kudus.
Terkait hal tersebut sejumlah staf perpustakaan di Arpusda Kudus dipimpin Kepala Dinas Sam’ani Intakoris melakukan kunjungan ke sekretariat kantor Kampung Budaya Piji Wetan beberapa waktu lalu.
Kunjungan tersebut dalam rangka peninjauan aktivitas perpustakaan Lumbungbaca KBPW dan menjalin kolaborasi di bidang literasi.
Dalam kesempatan itu, Kepala Dinarpus Kudus, Sam’ani Intakoris sangat mengapresiasi gerakan yang dilakukan anak-anak muda di KBPW.
Ternyata kata dia, kegiatan di sana tak hanya berkutat pada buku dan literasi. Melainkan juga meluas di bidang pengembangan budaya dan kesenian seperti teater, pantomim, kaligrafi, tari dan sebagainya.
“Kami sangat mengapresiasi anak-anak muda yang ada di sini, ini adalah bagian dari literasi dan pemberdayaan manusia,” kata Sam’ani di kantor KBPW, Selasa 26 September 2023.
Lebih lanjut, pihaknya mengaku siap menjalin komunikasi dan kolaborasi yang lebih intens dalam menjaring anak muda dan mengembangkan literasi di Kudus.
“Folklor gang diangkat oleh KBPW sangat beragam. Mereka berbicara tentang kemuriaan, sejarah, punden belik, folklor macan muria, yang divisualkan salah satunya lewat film. Ini sangat menarik bagi kalangan muda,” terangnya.
Di sisi lain, Manajer Program KBPW, Muhammad Farid menyambut baik kunjungan dari Dinarpus Kudus.
Menurutnya, kunjungan ini bisa mempererat silaturahmi dan kerjasama antar KBPW dengan Dinarpus.
Sejauh ini, KBPW juga sering kolaborasi dengan Dinarpus Kudus. Terakhir, kata dia, tim Lumbungbaca bekerjasama untuk lomba perpustakaan desa.
“Perpustakaan Lumbungbaca mewakili Kudus dalam penghargaan nugra jasa dharma pustaloka kategori masyarakat,” katanya.
Selanjutnya, Farid turut menceritakan sejarah singkat perjalanan KBPW hingga bisa berkembang sampai sekarang ini.
“Kbpw terbentuk awalnya dari tahun 2014, berawal dari kesenian teater desa,” kenang Farid.
Tahun 2020, lanjutnya, mereka mengikuti lomba film pendek Cerita Budaya Desaku dari Kemendikbud RI dan mendapat juara 2 kategori narasi terbaik.
“Kami masuk 30 besar desa budaya se-Indonesia, dan akhirnya disepakati untuk meresmikan menjadi komunitas KBPW,” tambahnya.
Farid menambahkan, pengembangan dan pemetaan terus dilakukan. Dengan melibatkan anak-anak muda, pelajar dan mahasiswa menekuni sesuai bidang yang diminati.
“Pengembangan di semua lini, sesuai passion mereka, jadi kita tinggal memetakan hingga bisa berjalan beriringan,” pungkasnya.(YM/YM)