Kudus, isknews.com – Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Perpustakaan Daerah (Arpusda) Kabupaten Kudus membuka kelas tari tradisional bagi para pelajar maupun masyarakat umum.
Pembukaan kelas tari ini ditujukan untuk membekali para peserta khususnya anak-anak dengan keterampilan tari tradisional. Disamping itu, juga digelar guna mengajak anak untuk nguri-uri budaya luhur sejak dini.
Kasi Pengelola Pustaka pada Dinas Arpusda Kudus, Ninik Mustikawati, mengatakan, kelas tari tardisional mulai digelar perdana pada Rabu (16/03/2022) kemarin. Kelas tari ini juga merupakan kelas perdana yang digelar dengan unsur nguri-uri budaya luhur jawa di bidang kesenian.
“Sebelumnya, sudah menyediakan banyak pelatihan dan pembelajaran gratis di bidang pendidikan, komputer, TIK, ekonomi, senam lansia, difabel, dan lainnya. Yang belum kan kelas kesenian, kaitannya dengan budaya. Akhirnya kita kepikiran untuk membuat kelas tari,” terangnya.
Dikatakan oleh Ninik, kelas tari ini dibuka untuk anak-anak diatas usia 3 tahun keatas dan masyarakat umum. Kegiatan dijadwalkan rutin di hari Rabu mulai pukul 13.00.
“Kita target selesai tarian yang ini itu 6 kali pertemuan,” katanya.
Pihaknya berharap, dengan pembelajaran tari tradisional yang digelar gratis bagi para peserta ini bisa bermanfaat untuk bekal anak di masa depan. Kemudian, bisa menjadi generasi penerus yang bangga dan mampu untuk nguri-uri budaya Indonesia agar selalu lestari.
“Nanti kalau ada even tari apa nanti bisa mengikuti,” tuturnya.
Sementara itu, Pelatih Tari dari Sanggar Tari Klasik Karya Widya Budaya (KWB), Winarni Setyoningrum, mengapresiasi program perpusda yang mengadakan kelas tari tardisional bagi anak-anak dan masyarakat umum.
Apalagi, peminatan kesenian tari tardisional untuk sekarang ini masing terbelakang dibangding dengan tari modern ataupun kesenian lainnya.
“Bangga sekali, ada yang peduli dengan budaya jawa karena tidak semua instansi peduli dengan budaya khusunya seni tari. Kebanyakan mereka itu dimusik dan lagu,” katanya.
Terkait tari yang diajarkan kali ini adalah Tari Batok Barong garapan dari Perpusda sendiri. Pihaknya sebagai pencipta tari sekaligus relawan yang diajak untuk melatih kelas tari kali ini.
Dengan adanya kelas tari tradisional ini, pihaknya berharap pemikiran tabu yang masih ada di benak orangtua bisa diminimalisir. Dimana, berlatih tari tidak melulu membuat anak kedepannya menjadi ledek atau lenjeh.
“Saya prihatin kalau ada orangtua yang bilang kamu nari itu ‘sok mben dadi ledek’ (di masa depan jadi lemah atau lembek), nah ini saya tidak setuju. Padahal tari untuk kesehatan juga,” tukasnya. (MY/YM)