Kudus, isknews.com – Pondok Pesantren Nun Kudus menggelar Wisuda Tahfidz Juz yang ke-9 di @Hom Hotel Kudus, Senin (10/1/2022).
Wisuda tersebut untuk mengapresiasi dan memotivasi mereka (para santri) yang telah hafal di tiap juz nya.
“Ya, hari ini, kami wisuda 14 santri, 5 putra dan 9 putri. Mereka telah berhasil hafal juz 30, 29, 28, 1, 2, 4, 5 dan juz 6, untuk itu kami kasih apresiasi dan motivasi supaya lebih semangat kedepannya,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Nun, Muhammad Alif Nasrudin (42) saat ditemui isknews.com usai acara.
“Mereka (para santri) yang kondisi mentalnya kuat, selama 2 bulan bisa hafal 1 juz, jadi tergantung mental dan kesiapan santri karena tidak memaksa. Lalu tiap ada yang khatam ada apresiasi kecil-kecilan di ponpes, anak bahagia sekali,” tambahnya.
Apresiasi wisuda sebelumnya, kata Alif, biasanya diselenggarakan di ponpes, namun kali ini diselenggarakan di luar ponpes karena pihak hotel memfasilitasi ruangan untuk ponpes Nun menggelar wisuda tersebut.
Alif menceritakan, Ponpes Nun dirintis sejak tahun 2014 dengan (awalnya) mendirikan Day Care yang diikuti anak setempat, lokasinya sempat berpindah, dari Desa Pasuruhan Kecamatan Jati ke Desa Prambatan Kecamatan Kaliwungu, hingga mendapat tanah wakaf berdiri gedung santri putra dan putri, di Desa Tanjung karang Kecamatan Jati, Kudus hingga sekarang.
Saat ini, pesantrennya di huni 50-an santri dan santriwati dari berbagai latar belakang dan dari berbagai daerah di Indonesia.
Para santri dan santriwati di Ponpes Nun, masih kata Alif, diperuntukkan empat golongan, yakni anak yatim, anak piatu, anak terlantar atau duafa dan anak Sabilillah, atau anak dari orang tua yang juga berjuang di jalan Allah. “Mereka tidak dipungut biaya sama sekali,” tandasnya.
Selain gratis, kebutuhan mereka dari makan, minum, pakaian, sabun dan lainnya di tanggung olehnya. Setiap hari ia juga memberikan uang saku kepada para santri dan santriwatinya.
Di ponpes Nun, para santri belajar dan menghafal Al-quran. Uniknya, selain dibaca, cara menghafalnya dengan metode audio (mendengar).
Dengan latar belakang para santri dari berbagai golongan diatas, Mereka (para santri) di gembleng dengan mempelajari akidah akhlak, belajar kitab kuning, diajari aktif berbahasa Arab dan Inggris.
Selain itu, pihaknya juga mendidik kemandirian (entrepreneur) lewat pelatihan beberapa keahlian dan ketrampilan, dengan tujuan untuk bekal mereka setelah keluar dari ponpes.
Alif berharap, kelak para santri itu bisa jadi manusia tangguh, punya kemandirian ekonomi, berbudi luhur, dan berpegang teguh pada Alquran.
“Semoga para santri dan santriwati kami, kelak jadi manusia yang berguna bagi Nusa, bangsa dan agamanya,” harapnya (AS/YM)