Kudus, isknews.com – Produk tingwe lokal bernama Camlok menjadi salah satu daya tarik utama dalam gelaran Pameran Temporer “Utsava Kretek” di Museum Kretek Kudus. Produk asli karya putra daerah ini hadir memperkenalkan berbagai varian rasa kekinian yang dikemas modern tanpa meninggalkan nilai budaya khas Kudus.
Pameran yang dibuka secara resmi oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kudus, Revlisianto Subekti, pada Kamis (13/11/2025) tersebut menampilkan 30 stand dari komunitas kretek dan pelaku ekonomi kreatif. Acara tersebut berlangsung dari Kamis-Minggu 13-16 November 2025. Kolaborasi ini menjadi bukti nyata sinergi antara pemerintah daerah dengan pelaku industri rokok lokal dalam mengangkat kembali warisan budaya kretek.
Owner Camlok, Ifa Liku Romansyah, menjelaskan bahwa nama Camlok merupakan singkatan dari Campuran Lokal, yang mencerminkan semangat untuk mengangkat potensi tembakau lokal Kudus melalui produk tingwe dengan cita rasa dan tampilan modern.
“Pameran ini sangat bagus karena mengangkat kearifan budaya lokal. Kami ingin menunjukkan bahwa melinting tembakau bukan hanya tradisi lama, tapi juga bisa dikemas kekinian agar anak muda ikut bangga dan tertarik,” ujar Ifa.
Menurutnya, Camlok hadir dengan berbagai varian rasa seperti apel, juicy, kopi dan lainnya, sehingga kegiatan ngetingwe bisa dinikmati dengan sensasi berbeda setiap waktu. “Kalau pagi bisa tingwe rasa jambu, siang apel, malam kopi. Jadi hidup lebih berwarna dan tetap hemat karena satu ons tembakau bisa jadi 80 batang,” jelasnya.
Dalam pameran tersebut, Camlok juga menghadirkan sesi edukasi cara melinting manual secara gratis bagi pengunjung. “Kami ingin mengenalkan budaya melinting secara langsung. Pengunjung bisa mencoba ngetingwe di tempat, belajar dari tim kami, bahkan bisa beli alat lintingnya mulai dari Rp6 ribu saja,” tambah Ifa.
Sementara itu, Distributor Camlok, Muhajir, menuturkan bahwa keikutsertaan mereka dalam pameran bukan semata untuk promosi, tetapi juga sebagai upaya memberikan edukasi mengenai filosofi tingwe.
“Tingwe bukan sekadar alternatif karena faktor ekonomi, tetapi bisa menjadi pilihan utama bagi penikmat tembakau lokal. Selain hemat, rasanya juga khas dan lebih natural,” ungkapnya.
Muhajir juga memperkenalkan Camlok Herbal, salah satu varian unggulan yang memadukan tembakau dengan bahan alami seperti kayu manis, madu, jinten hitam, dan habbatussauda. “Aromanya unik dan punya sensasi berbeda. Banyak pelanggan yang merasa lebih segar setelah menghisap varian herbal ini,” ujarnya.
Ia menambahkan, Camlok kini diminati berbagai kalangan, mulai usia 20 hingga 50 tahun. Anak muda umumnya memilih rasa buah dan kopi, sementara kalangan dewasa lebih menyukai varian herbal.
Melalui partisipasi di Pameran “Utsava Kretek”, Camlok berharap semakin banyak masyarakat yang mengenal dan mencintai produk lokal Kudus. “Kami ingin menunjukkan bahwa dari tangan anak muda Kudus, bisa lahir inovasi yang melestarikan tradisi sekaligus memiliki nilai ekonomi. Tingwe bukan sekadar budaya lama, tapi bagian dari gaya hidup modern yang tetap membumi,” pungkas Ifa. (AS/YM)






