Kudus, isknews.com – Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, meninjau langsung panen raya padi ketan di Desa Wates, Kecamatan Undaan, yang menjadi salah satu daerah penghasil ketan terbesar di Kabupaten Kudus, Sabtu (22/03/2025).
Dengan luas lahan sekitar 4.500 hektare dan rata-rata produksi 6 ton per hektare, total hasil panen ketan di daerah tersebut diperkirakan mencapai lebih dari 15.000 ton.
Sam’ani menekankan pentingnya perhatian dari pemerintah pusat terhadap produksi ketan di Kudus.
Saat ini, beras ketan masih dikategorikan sebagai tanaman industri, bukan tanaman pangan, padahal kebutuhan masyarakat terhadap ketan sangat tinggi, terutama untuk produksi jenang, kue tradisional, dan makanan khas lainnya.
“Kita ingin mengusulkan kepada Menteri Pertanian agar beras ketan ini diperhitungkan sebagai tanaman pangan. Jangan sampai Indonesia justru mengimpor ketan dari luar negeri, sementara di Kudus ada sentra produksi yang bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ujar Sam’ani saat meninjau panen, Sabtu (22/3).
Selain itu, ia menyoroti turunnya harga beras ketan yang kini hanya Rp4.500 per kilogram, jauh di bawah harga sebelumnya yang mencapai Rp9.000 per kilogram. Bupati berharap Bulog dapat turun tangan untuk menyerap hasil panen para petani agar harga bisa kembali stabil.
“Semoga harga bisa naik lagi, apalagi mendekati hari raya di mana permintaan ketan biasanya meningkat. Kami juga terus mendorong agar ada kebijakan dari pemerintah pusat yang lebih berpihak pada petani ketan,” tambahnya.
Para petani di Desa Wates dan sekitarnya sebagian besar masih setia menanam padi ketan meskipun sudah diberikan edukasi untuk mencoba diversifikasi tanaman.
Mereka mempertahankan tradisi turun-temurun menanam ketan karena pasar lokal masih memiliki permintaan tinggi.
Dengan produksi yang melimpah dan potensi besar sebagai sentra padi ketan, Kudus diharapkan mampu berperan lebih besar dalam memenuhi kebutuhan ketan nasional, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap impor dari luar negeri. (YM/YM)