Kudus, isknews.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan di SMAN 1 Kudus menuai sorotan. Sejumlah siswa mengeluhkan kualitas makanan yang disajikan, mulai dari nasi yang kurang matang hingga lauk pauk yang tidak layak konsumsi.
Salah satu siswa kelas XI, M. Zaafani Musyaffa’, mengungkapkan bahwa pada hari pertama pelaksanaan MBG, Senin (14/4/2025), nasi yang diterimanya terasa ngletis atau kurang matang. Ia juga mendengar laporan dari teman kelas lain yang menemukan ulat dalam sayur kacang panjang.
“Tapi karena saya lapar ya saya makan saja, kalau nasinya memang ngletis,” ujar Zaafani.
Keluhan berlanjut pada pengiriman kelima, Senin (21/4). Saat itu, sejumlah lauk ditemukan dalam kondisi tidak segar. Zaafani menuturkan bahwa oseng tempe yang diterimanya terasa kecut, sementara beberapa temannya mengeluh ayam saus yang berbau tak sedap.
“Temen saya ada yang komplain, di kelas ada tiga box yang memang basi, terus tidak dimakan. Tapi kalau punya saya oseng tempenya saja yang kecut, untuk ayam sausnya masih aman,” katanya.
Wakil Kepala Kesiswaan SMAN 1 Kudus, Sulistyani, membenarkan adanya keluhan dari siswa sejak hari pertama pelaksanaan MBG. Ia mencatat komplain terkait nasi yang kurang matang serta keterlambatan pengiriman makanan.
“Pada hari kedua juga ada komplain, buah pepaya yang disajikan berbau. Waktu dicoba salah satu guru rasanya masih enak, kemungkinan karena dikemas bersama lauk panas jadi aromanya berubah,” jelas Sulistyani.
Untuk pengiriman tanggal 21 April, sekitar 50 kotak makanan tidak dimakan siswa. Setelah ditelusuri, ditemukan bahwa lauk ayam berbau dan oseng tempe terasa pahit.
“Saya juga mencicipi dan memang kondisinya kurang layak. Rasanya enak tapi baunya tidak enak,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Kudus Sudhiharto menyebutkan bahwa jatah MBG untuk sekolahnya mencapai 823 box per hari, diperuntukkan bagi siswa kelas X dan XI. Ia menegaskan bahwa pihak sekolah selalu menyampaikan laporan kepada Satuan Penyaluran Pemenuhan Gizi (SPPG) jika ada keluhan.
“Dari enam kali pengiriman MBG hingga hari ini, kami sudah dua kali melaporkan ke SPPG dan langsung direspons. Komplain dari siswa kami tampung dan dilaporkan. Setiap hari juga ada evaluasi,” ucap Sudhiharto.
Ia menambahkan bahwa pihak penyedia juga sudah melakukan perbaikan atas temuan-temuan sebelumnya. “Yang penting ada tindak lanjut. Namanya juga program baru, masih butuh penyempurnaan.”
Menanggapi keluhan tersebut, Komandan Kodim 0722/Kudus Letkol Inf Hermawan menyatakan akan melakukan pengecekan langsung ke pihak SPPG.
“Nanti saya kroscek dulu dan ke depan akan kami kawal terkait pelaksanaan MBG ini,” tegasnya kepada wartawan, Senin (22/4).
Program MBG merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah untuk mendukung kecukupan gizi pelajar. Namun, keluhan dari lapangan menunjukkan pentingnya pengawasan ketat agar program ini benar-benar bermanfaat dan tidak menimbulkan masalah baru. (AS/YM)