Puluhan Penyair dan Sastrawan Nasional Punya Gerakan Anti Korupsi Lewat Puisi

oleh -1,100 kali dibaca
Foto: istimewa

Kudus, isknews.com – Puluhan penyair dari berbagai daerah, seperti Semarang, Jepara, Pati, Pemalang, Yogyakarta, Ponorogo, Rembang, Brebes, hingga Jakarta yang tergabung dalam Puisi Menolak Korupsi (PMK) Kudus menyelenggarakan roadshow untuk mengampanyekan gerakan anti korupsi. Roadshow ke-64 ini berlangsung di Kawedanan Taman Budaya Kudus, Sabtu 16 September 2023.

Gerakan PMK dengan tagline “tagline satu hati tolak korupsi” ini  melibatkan

Sekitar 40an penyair berorasi, menyampaikan gagasan dan keresahannya lewat puisi dengan berbagai cara, seperti teatrikal, orasi, atau musikalisasi puisi.

Ketua PMK Nasional, Sosiawan Budi Sulistyo atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Sosiawan Leak mengungkapkan PMK ini merupakan gerakan kampanye anti korupsi bersama para penyair dan sastrawan se-Indonesia.

Gerakan PMK ini, lanjut Leak, sudah dimulai sejak 2013. Berjalan 10 tahun ini, pihaknya turut melibatkan banyak komunitas untuk menyuarakan kampanye menolak korupsi ini sebagai gerakan moral bersama.

“Fungsinya selain membantu pemerintah, juga sebagai kontrol sosial dan esukasi masyarakat. Artinya masyarakat perlu ambil peran juga.  Untuk menguatkan kontrol kebijakan dan perilaku yang menyimpang,” kata Leak ketika diwawancarai, Sabtu (16/9/2023).

Di samping itu, agenda PMK #64 ini juga dimeriahkan dengan  pembacaan puisi sarasehan anti korupsi dan pentas seni. Beberapa komunitas terlihat ikut andil dalam gerakan ini, seperti halnya penampilan Tari Lingkar Rasa dari Sanggar Ciptoning Asri, Komunitas Seni Samar,  Karawitan SMAN 1 Kudus dan pentas dari seniman lainnya.

Leak juga menambahkan, bahwa gerakan PMK ini juga menerbitkan buku antologi puisi yang mengangkat tema anti korupsi. Menjelang Pemilu 2024 ini, ia mengaku timnya akan menerbitkan buku PMK ke-9 bertema “Mencari Presiden Antikorupsi”.

“Sampai sekarang ini sudah mau penerbitan ke-9. Ini juga menjadi cara kami untuk kampanye dengan melihat realita sosial yang sedang terjadi,” tambah penyair dan penulis asal Surakarta itu.

Sementara itu, Dosen Universitas Muria Kudus, Muhammad Kanzunuddin merespons kegiatan PMK di Kudus ini sebagai gerakan yang cukup strategis untuk berkampanye anti korupsi lewat puisi.

Menurutnya, ini merupakan edukasi dan gerakan moral yang bisa mencerahkan masyarakat, terutama generasi muda.

Penyair dan sastrawan, kata dia, juga menjadi bagian dari masyarakat yang mempunyai tanggungjawab moral untuk mencintai negaranya.

“Lewat puisi, bisa menjadi strategi yang tepat merespons fenomena di sekelilingnya. Apalagi korupsi sudah membudidaya di Indonesia dan harus dilawan,” terangnya.

Dirinya berharap gerakan ini dapat berjalan dan lebih masif, sehingga bisa menjadi nilai edukasi pada anak-anak muda dan pelajar untuk menumbuhkan sikap anti korupsi sejak dini.

“Sarasehan tadi pagi juga bisa jadi edukasi bagi anak-anak pelajar, sebagai suatu gerakan pencerahan yang tepat dan strategis,” tandasnya. (AS/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :