Ribuan Warga Meriahkan Kirab Rebo Wekasan dan Pembagian Air Salamun Desa Jepang Kudus

oleh -1,424 kali dibaca
Salah satu gunungan peserta kirab Rebo wekasan di Desa Jepang, Mejobo, Kudus, Selasa 20/09/2022 (Foto: YM)

Kudus, isknews.com – Warga Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kudus, menggelar kirab Rebo Wekasan di yang dilaksanakan oleh warga setiap menjelang hari Rabu terahir pada bulan Shafar. Kirab dimulai dari gang Al Ikhlas RW 10 sebelah barat perempat lampu merah jalan lingkarJepang lalu berjalan menyusuri jalan raya Suryo Kusumo menempuh jarak sekitar 2 km dan berakhir dihalaman depan Masjid Wali Al Makmur, Selasa (20/09/2022).

Kirab yang kini telah menjadi agenda kalender budaya diikuti sekitar seribu warga. Peserta kirab terdiri dari, perwakilan setiap RT dan RW desa Jepang, perwakilan UMKM desa Jepang, Pemuda Karang taruna, gapoktan desa Jepang, Ibu PKK, Fatayat, Muslimat desa Jepang, pelajar, Banser, IPNU-IPPNU Kecamatan Mejobo.

Setiap kontingen peserta kirab mengusung tema budaya andalan kelompok mereka masing-masing, sebanyak 88 kelompok peserta kirab yang merupakan warga Jepang tampil menyusuri rute kirab dan beratraksi di depan panggung kehormatan.

Tak hanya itu, masing-masing kontingen juga membawa gunungan, ada gunungan mini yang ditandu namun ada gunungan besar yang dibawa dengan mobil bak terbuka. Gunungan terdiri dari jajanan pasar, sayur-sayuran, hingga buah-buahan.

Mereka, sembari berjalan melantunkan shalawat dengan pakaian Islami. Tapi ada juga yang memakai pakaian adat. Bahkan ada yang bergaya ala paskibra dan busana kontemporer layaknya sebuah karnaval.

Seorang peserta kirab air salamun memamerkan busana berbahan kerajinan anyaman bambu khas Desa Jepang, Mejobo, Kudus (Foto: YM)

Nadzir Masjid Wali Al Makmur Muhammad Ridwan menyebut acara itu sebagai ikhtiar doa pada Rabu terakhir di bulan Safar. Sebab pada hari Rabu Wekasan tersebut dipercaya diturunkannya 320.000 bala atau bencana. Sehingga masyarakat berdoa melalui tradisi itu.

“Acara dimulai dengan kirab terlebih dahulu. Kemudian setelah magrib akan ada pembagian air Salamun,” jelasnya.

Gunungan itu dibawa ke Masjid Wali Al Makmur. Kemudian didoakan. Setelah didoakan baru dibagikan ke warga.

“Kalau ada karnavalnya ini sejak 2019. Semula hanya membagikan air salamun saja,” tambahnya.
Air Salamun itu berada di sumur masjid wali. Juga dibagikan di lokasi masjid. Air tersebut diwadahi dalam plastik. Dan dibagikan kepada warga yang hadir.

“Dulu pas Pandemi kami antar ke rumah-rumah warga. Kalau ini karena sudah longgar pembagian di situ,” paparnya.

Air Salamun di masjid itu menurutnya memiliki keistimewaan. Sebab meski bertahun-tahun air itu tetap bersih. Tak ada jentik-jentik.

“Warga mempercayai ini dapat mencegah penyakit. Jadi kadang pada rebutan. Bukan cuma warga sini tapi dari luar daerah juga,” katanya.

Koordinator Kirab Rabu Wekasan Ti’an Suwandi menjelaskan gunungan-gunungan yang disuguhkan itu merupakan bentuk sedekah warga. Dengan harapan menangkal bala. Ia menambahkan acara tahun ini diselenggarakan di bawah koordinasi Pengurus Masjid Wali Al Makmur.

“Kadang pemerintah desa yang mengkoordinir. Kalau kali ini dari masjid,” tambahnya.

Sebelum digelar kirab, menurutnya terlebih dahulu warga menggelar pengajian dan khataman Al Qur’an di masjid. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.