Sajikan Macak Muria hingga Mbalik Cilik, Japan Festival 2025 Tawarkan Atraksi Baru

oleh -979 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Japan Festival 2025 kembali digelar oleh Pemerintah Desa (Pemdes) Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus dengan kemasan yang lebih meriah dan atraksi baru yang memikat.

Mulai dari Macak Muria, Palan Japan, hingga pertunjukan Mbalik Cilik, festival yang berlangsung pada Minggu–Senin (10–12/5/2025) ini dipusatkan di kompleks balai desa setempat.

Tahun ini menjadi penyelenggaraan kedua sejak Japan Festival digelar perdana pada 2024 lalu.

Dengan semangat promosi potensi lokal, rangkaian acara Japan Festival 2025 menyuguhkan perpaduan antara budaya, kuliner, potensi alam, dan geliat UMKM masyarakat desa yang berada di kaki Pegunungan Muria tersebut.

Atraksi-atraksi yang disiapkan meliputi Festival Kuliner Tempo Doeloe (jajanan jadul), Palan Japan, Macak Muria, Festival Gedhangan, pertunjukan seni anak-anak bertajuk Mbalik Cilik, hingga Festival UMKM yang menampilkan produk unggulan lokal.

Kepala Desa Japan, Sigit Tri Harso menyampaikan bahwa Japan Festival bukan hanya sarana hiburan warga, melainkan media promosi untuk memperkenalkan kekayaan Desa Japan kepada khalayak luas.

“Desa kami berada di dataran tinggi, jauh dari pusat kota. Di bagian utara langsung berbatasan dengan hutan. Kami ingin mengenalkan hasil bumi, produk UMKM, dan alam kami kepada masyarakat luar melalui festival ini,” ungkap Sigit, Sabtu (10/5/2025).

Menurut Sigit, festival kali ini menghadirkan beberapa atraksi baru, seperti pengembangan agenda Macak Muria dan Palana Muria yang melibatkan desa-desa lain di sekitar Pegunungan Muria dan Perbukitan Patiayam.

“Macak Muria adalah kolaborasi budaya dan pelestarian lingkungan yang melibatkan berbagai desa yang punya kepedulian terhadap konservasi alam. Harapannya, desa-desa ini menjadi pelaku utama pelestarian lingkungan,” ujarnya.

Atraksi lain yang tak kalah menyita perhatian adalah Mbalik Cilik, yaitu pertunjukan seni dari anak-anak desa. Melalui aksi panggung yang jenaka dan edukatif, anak-anak mengenalkan cerita rakyat dan nilai budaya lokal secara kreatif.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kudus, Mutrikah, mengapresiasi pelaksanaan Japan Festival 2025 sebagai upaya promosi yang efektif bagi potensi desa.

Ia menyebutkan bahwa Desa Japan memiliki kekayaan lokal yang bisa menjadi daya tarik pariwisata berskala internasional.

“Japan punya keunikan tersendiri, seperti air tiga rasa yang hanya ada satu di dunia, lengkap dengan mitos dan nilai spiritualnya. Belum lagi produk kopi dan jajanan khasnya yang luar biasa,” jelas Mutrikah.

Ia juga menyoroti keberadaan Festival Kuliner Tempo Doeloe yang menyajikan jajanan tradisional seperti nasi jagung, tiwul, gethuk, dan lainnya. Menurutnya, kreativitas warga dalam mengolah hasil pertanian menjadi produk kuliner patut diapresiasi.

“Ini bukti bahwa masyarakat sudah inovatif. Mereka tidak hanya menjual bahan mentah, tapi mengolah hasil bumi menjadi produk khas yang punya nilai jual dan keunikan rasa,” imbuhnya.

Japan Festival juga memberikan ruang besar bagi pelaku UMKM lokal untuk menampilkan produk mereka. Mulai dari kerajinan tangan, makanan olahan, kopi, batik khas Muria, hingga suvenir desa dipamerkan di sejumlah stand yang tertata rapi di sekitar balai desa.

Dekorasi area festival pun dibuat kental dengan suasana pedesaan zaman dahulu, lengkap dengan iringan gamelan dan pertunjukan seni tradisional yang berganti setiap hari. Suasana ini memberikan pengalaman autentik bagi pengunjung, baik lokal maupun dari luar daerah.

Tak sedikit wisatawan yang datang sengaja untuk menikmati panorama alam Desa Japan, termasuk perbukitan Patiayam yang terkenal dengan situs purbakala dan udara sejuk khas pegunungan.

“Harapan kami, dari festival ini akan muncul geliat wisata baru di wilayah utara Kudus. Kami ingin mengangkat potensi lokal agar tidak hanya dikenal di tingkat kabupaten, tapi juga nasional bahkan dunia,” tegas Sigit. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :