Selain Pesan Kritik, Mural Bisa Jadi Sarana Sampaikan Cerita Rakyat

oleh -824 kali dibaca
Terlihat mural yang menceritakan cerita rakyat

Kudus, isknews.com – Mural menjadi media bagi para anak muda untuk berekspresi dan menyampaikan kritik. Kini, mural tak hanya dijadikan sarana mengrkitisi, tetapi juga menyampaikan pesan dari sebuah cerita rakyat.

Spray your Folklore (SYF) menjadi satu agenda yang diadakan oleh Kampung Budaya Piji Wetan Kudus, yang melibatkan para writer atau penggambar mural di Kudus. Ekosistem mural pasca pandemi yang meredup menjadikan KBPW tertarik untuk menggandengnya menyuarakan Folklore.

Terhitung ada enam titik yang digambar para perupa mural dengan tema foklor. Cerita rakyat berbasis folklor Sunan Muria dialihmediakan menjadi mural di tembok-tembok jalan dan sudut-sudut desa.

Termasuk di Sendang Kamulyan, Sendang Serut hingga di tengah-tengah perempatan desa, menjadi titik lokasi menggambar. Writer mural tak hanya dari Kudus, melainkan dari luar daerah seperti Semarang, Sragen dan sekitarnya.

Koordinator event SYF, Fakhri Husaini mengatakan bahwa event ini bertujuan untuk mewacanakan cerita rakyat lewat cara unik yaitu mural. Sebab, selama ini mural sering dianggap sebagai budaya kritik dan vandalisme anak-anak muda yang tidak terarah.

“Selama ini, tak banyak yang mewacanakan gagasan para perupa mural. Padahal, dari gambar-gambar mural yang dihasilkan, sebenarnya banyak gagasan bagus yang ingin tersampaikan,” ucap Rhy diwawancarai, Rabu 19 Juli 2023.

Lebih lanjut, pihaknya juga ingin menghidupkan wacana dan event mural di Kudus lebih semarak lagi. Hal ini menjadi keresahan bersama, supaya ekosistem seni rupa dan street art di Kudus juga dilirik sebagai karya yang keren.

“Dalam event ini kami juga melibatkan beberapa penulis sebagai kurator, sehingga gagasan dan wacana para perupa ini bisa tersampaikan ke publik,” ujarnya.

Salah satu writer mural, Danangsu mengungkapkan bahwa event ini cukup menarik. Menyampaikan folklor lewat mural memang jarang ada.

Apalagi, lanjut Danang, mural yang digambar juga berada di tengah-tengah perkampungan. Artinya, para perupa mural harus bersinggungan dengan warga setempat dan bersosial selama menggambar.

“Ternyata, mural juga bisa berbaur dengan desa, berada di tengah desa, bersinggungan langsung dengan masyarakat. Artinya, pesan-pesan folklor yang digambar juga diharapkan bisa tersampaikan secara langsung ke masyarakat,” kata Danang. (AS/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :