Sering Alami Banjir Bandang, Pemkab Berencana Bangun Sabo Dam di Wonosoco

oleh -1,605 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Desa Wonosoco kawasan wisata di Kecamatan Undaan Kudus, seringkali terlanda banjir bandang, bahkan hingga pernah menelan korban jiwa, hal ini menjadikan keinginan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus untuk segera merealisasikan pembangunan sabo dam untuk mengatasi banjir bandang yang sering terjadi di Desa Wonosoco Kecamatan Undaan Kudus.

Sabo dam adalah teknologi pengendalian sedimen yang diadopsi dari Jepang. Teknologi ini diperkenalkan oleh Jepang di Indonesia pada sekitar tahun 70-an. Sebuah bangunan penahan, perlambatan dan penanggulangan aliran limpasan air dari pegunungan Kendeng.

Hanya lokasi sabo dam yang akan dibangun mengalami pergeseran, tidak seperti rencana semula di kawasan Perhutani perbatasan Kabupaten Kudus, Pati dan Grobogan sehingga harus ada koordinasi antar ketiga wilayah tersebut.

Sebuah petak persawahan di Wonosoco yang terdampak banjir akibat limpasan kali londo (Foto: YM)

Tetapi kali ini sabo dam akan dibangun di Desa Wonosoco, dimana koordinasi dan izin cukup dengan pihak Perhutani. Anggaran pembangunan sabo sudah tersedia Rp 600 juta, berasal dari APBD kabupaten.

Realisasi pelaksanaan kegiatan berlangsung pada tahun 2020 mendatang. Sabo dam itu berada di atas bumi perkemahan Wonosoco, di tengah sungai selebar sekitar enam meter.

“Tinggal menyusun ulang perencanaan, karena penganggaran sebelumnya
digabung dengan beberapa kegiatan,” ujar Plt Kepala Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kudus, Joko Mukti Harso, Rabu (11/12).

Sabo dam di Desa Wonosoco dibuat untuk menahan kecepatan luncuran material, seperti tanah dan batu yang terbawa arus sungai dari ketinggian hutan Pegunungan Kendeng. Sedangkan aliran airnya telah disiapkan infrastruktur saluran agar tidak menerjang ke pemukiman.

Namun begitu potensi banjir bandang tetap dipengaruhi kondisi hutan di
Pegunungan Kendeng dan curah hujan.

”Sabo hanya mengurangi potensi luncuran material ke pemukiman,” ungkapnya.

Pembangunan infrastruktur sabo dam mulai digagas paska banjir bandang yang menerjang kawasan pemukiman Desa Wonosoco pada akhir 2015.

Keberadaannya diharapkan dapat mengurangi potensi kerusakan akibat bencana alam yang sudah beberapa kali menerjang kawasan itu. Namun hingga terjadinya beberapa kali peristiwa banjir bandang, belum juga terealisasi.

Peristiwa banjir bandang yang terjadi Senin (9/12) malam, seolah mengingatkan betapa pentingnya sabo dam segera direalisasikan. Dalam kejadian itu lima rumah milik Sukaeni (45), Yudi (35), Sumejo (56), Suwanto  (48), serta rumah Ny Sutrimah (55), kemasukan lumpur pekat dan tebal.

Kepala Desa Wonosoco Undaan Kudus, Setiyo Budi mengatakan, banjir bandang Senin kemarin merupakan yang ke tiga belas dalam 10 tahun terakhir.

Banjir bandang dengan ketinggian satu meter sebelumnya terjadi awal September 2018, menerjang 50 rumah dan kawasan wisata Sendang Dewot. Terparah terjadi 21 Januari 2017, dua wisatawan terseret arus seorang di antaranya meninggal.

Hantaman banjir bandang tersebut juga menghanyutkan beberapa sepeda motor dan mobil, serta merusak sejumlah bangunan. Banjir bandang terjadi sebagai buah pembalakan liar hutan di kawasan Pegunungan Kendeng beberapa tahun lalu.

Kondisi itu diperparah dengan adanya tanaman semusim seperti jagung di areal hutan yang gundul.Berbagai upaya mengatasi banjir bandang dilakukan antara lain dengan menormalisasi sungai dan penghijauan kembali hutan gundul dengan tanaman keras.

Selain itu mendesak pemerintah agar membangun sabo dam di sungai yang melintasi kawasan pemukiman.

“Warga yang bermukim di lereng Pegunungan Kendeng harus kita selamatkan dari ancaman banjir bandang,” tegasnya. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.