Kudus, isknews.com – Upaya pelestarian lingkungan di kawasan Situs Patiayam, Kecamatan Jekulo, mendapat suntikan semangat baru.
Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, meninjau langsung kawasan situs pada Sabtu (5/4/2024) untuk melihat kondisi terbaru sekaligus mendorong pengembangan kawasan sebagai destinasi wisata sejarah yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi.
Dalam kunjungan tersebut, Sam’ani memberikan apresiasi tinggi atas partisipasi aktif berbagai pihak yang telah melakukan penghijauan di area sekitar museum.
Ia menyebut keterlibatan Polres Kudus, perusahaan swasta seperti Djarum, dan komunitas masyarakat sebagai bentuk nyata sinergi multipihak dalam menjaga keseimbangan ekosistem lereng Patiayam.
“Tanaman seperti alpukat, mangga, hingga jagung bukan hanya membantu ketahanan pangan, tapi juga mampu menahan erosi. Ini sangat penting untuk mencegah bencana banjir bandang di wilayah hilir seperti sekitar Polres hingga Klaling,” ujar Sam’ani.
Menurutnya, keberadaan pohon buah-buahan di kawasan ini merupakan solusi dua sisi: lingkungan dan ekonomi.
Hasil panen dapat memberi nilai tambah bagi masyarakat, sekaligus berkontribusi dalam pelestarian alam.
Sam’ani menyatakan bahwa Pemkab Kudus akan mendorong pengembangan Situs Patiayam sebagai pusat edukasi sejarah yang terintegrasi dengan wisata alam. Sejumlah rencana telah disiapkan, termasuk penataan area temuan fosil dan pembangunan fasilitas pendukung untuk menarik wisatawan.
“Kalau dikelola dengan baik, situs ini bisa jadi ikon sejarah sekaligus pusat ekonomi baru berbasis UMKM. Tapi perlu sinergi, karena sebagian besar lahan milik Perhutani. Maka, kami akan jajaki kerja sama lintas lembaga, termasuk pemerintah pusat,” jelasnya.
Ia juga menyebut bahwa Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, telah turut menunjukkan perhatian pada pengembangan Patiayam.
Dengan dukungan dari tingkat pusat, Sam’ani optimistis percepatan pengembangan kawasan bisa segera terwujud.
Sementara itu, Petugas Museum Purbakala Patiayam, Mustakim, menyambut baik rencana ini.
Ia menekankan pentingnya pendekatan konservasi berbasis manfaat agar tanaman tidak hanya bertahan hidup, tapi juga memberikan kontribusi langsung bagi masyarakat.
“Kalau tanaman keras seperti jati atau sengon, ada risiko ditebang. Tapi kalau buah-buahan bisa terus dipelihara dan dimanfaatkan. Itu lebih berkelanjutan,” kata Mustakim.
Ia juga mengingatkan pentingnya pelestarian warisan sejarah di kawasan tersebut. Hingga saat ini, lebih dari 10.500 fragmen purbakala dari 17 spesies hewan telah ditemukan di Situs Patiayam.
Di antaranya berasal dari gajah, banteng, hingga kerbau purba, menjadikan kawasan ini sebagai salah satu titik penting dalam peta arkeologi Jawa Tengah. (YM/YM)