Kudus, isknews.com – Stunting atau tengkes yang terjadi anak balita hingga bayi di Indonesia menjadi satu permasalahan yang cukup kompleks. Banyak faktor yang ditengarai menjadi penyebabnya, mulai dari kemiskinan, pola makan harian, kekurangan gizi, hingga kondisi tempat tinggal.
Di Kudus, bahkan di desa-desa yang terdata mempunyai kasus anak stunting cukup tinggi. Pemerintah dan masyarakat pun saling berkolaborasi memberikan edukasi dan pencegahan “stunting” di desa.
Berbeda dari biasanya, edukasi mengenai bahaya stunting ini tidak dilakukan lewat sosialisasi atau seminar pada umumnya.
Lewat FK Metra Kabupaten Kudus dan support dari Diskominfo Kudus, Kampung Budaya Piji Wetan melakukan tour kampung atau pentas keliling dalam rangka memberikan edukasi yang menghibur tentang pencegahan stunting alias tengkes.
Hal ini dilihat oleh para pegiat kebudayaan itu untuk menunjukkan bahwa seni juga dapat menjadi edukasi, pertunjukan, hiburan, hingga upaya kolaborasi yang mendidik sekaligus menghibur.
Seperti yang diinformasikan, pentas keliling bertajuk “Slamet Stunting” ini dilakukan ke tiga tempat, pertama di Dukuh Pranak Desa Lau pada Minggu (18/6) kemarin. Pentas kedua di Dukuh Madu, Cendono pada Selasa (20/6) malam dan pentas ketiga di Dukuh Piji Wetan, Lau, Dawe pada Selasa (27/6) pekan depan.
Ketua Kampung Budaya Piji Wetan, Muchammad Zaini menyebut bahwa pentas naskah Slamet Stunting ini sengaja dibalut dalam pertunjukan rakyat dengan berbagai multidisiplin seni.
Pihaknya mengangkat tema-tema pertunjukan yang masih relevan dan dekat dengan kehidupan warga sekitar, kegiatan keseharian, kearifan lokal yang kemudian dipentaskan dalam pertunjukan yang menghibur.
“Pertunjukan ini memang basisnya kesenian rakyat, mulai dari tari, ketoprak dan performance art kita tampilkan ke warga sebagai hiburan yang mengedukasi,” kata Zaini selepas acara, Selasa (20/6)
“Karena your keliling, jadi kami juga menyesuaikan set lokasi, penontonnya dan pentasnya juga, yang intinya tetap menyampaikan kepada masyarakat tentang edukasi stunting, seni, budaya, dan nilai-nilai lokal yang dekat dengan kita,” tambah lelaki yang kerap disapa Jessy Segitiga itu.
Ia berharap, pentas masuk kampung ini mendapat respons positif dan disambut baik oleh masyarakat. Lebih-lebih, pentas keliling ini dapat menjadi cara baru terkait edukasi dan pendekatan terhadap masyarakat desa.
“Kami harap masyarakat bisa terhibur dan menikmati pertunjukan multidisiplin ini, sekaligus terpantik untuk turut berperan dalam mencegah stunting di desanya,” pungkasnya. (AS/YM)