Kudus, isknews.com – Sungai bagi manusia adalah hal utama dalam siklus hidup masyarakat, sebab pada dasarnya manusia akan membutuhkan air sepanjang hidupnya, manusia tidak akan bisa hidup jika tidak ada air. Sebagai tempat efektif untuk menampung air.
Sebagai media reflektif untuk menggugah kesadaran masyarakat, peran ruang kesenian dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan, sekaligus sebagai magnet dan benteng ketahanan akan nilai–nilai luhur kebudayaan desa.
Pembangunan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif dijalankan sesuai dengan Arah Kebijakan yang tertuang dalam Sembilan Agenda Prioritas (NAWACITA) Presiden, yaitu yang pertama “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah- daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan”, dan yang kedua “Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik”.
Kami, Komunitas Seni SAMAR, yang bergerak dalam spirit pembangunan kebudayaan melalui kesenian, yang juga merupakan bagian dari masyarakat di Desa Panjang, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus menggagas platform kegiatan kontinu bertajuk “FESTIVAL KALI” . Tentang bagaimana kita membijaksanai lingkungan sekitar. Mempertanyakan kembali segala kemungkinan respon manusia terhadap makna pentingnya sungai sebagai hajat hidup manusia yang semakin hari mulai diabaikan.
Pada tanggal 27 – 28 April 2024 di Desa Panjang, kami mengumumkan kolaborasi antara seniman lokal hingga luar daerah dan para aktivis lingkungan serta menggandeng pemerintah Desa Panjang untuk saling bekerjasama dalam memkanai kembali sungai disekitaran bendungan kedung gupit.
Puluhan seniman dan aktivis lingkungan hidup dari berbagai latar belakang bergabung dalam proyek ini, menggunakan seni sebagai medium untuk menghayati keindahan sungai dan juga memperingatkan tentang ancaman yang dihadapinya. Dari pertunjukan hingga instalasi seni yang interaktif, karya-karya ini mengajak pemirsa untuk merenungkan peran penting sungai dalam kehidupan kita sehari-hari.
Selain itu, proyek ini juga menjadi platform bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembersihan sungai dan penanaman pohon di sekitarnya.
Ini adalah langkah konkrit dalam memperjuangkan keberlanjutan lingkungan dan melindungi sumber daya air yang berharga bagi kita semua. Kami juga mengundang melibatkan semua masyarakat desa setempat untuk bergabung dalam perayaan ini dan merasakan keajaiban seni sambil berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Bersama-sama, kita dapat membuat perubahan positif untuk masa depan yang lebih hijau dan lestari. Sebagai titik awal, kami memilih di wilayah terdekat kami yakni “ Kedung Gupit “ area sungai di desa Panjang, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Sebagai upaya merekonstruksi fungsi sungai sebagai sumber hidup (“ panguripan “ ) masyarakat sekitar. Mengemasnya sebagai edu wisata melalui refleksi seni dan budaya desa serta membuka potensi ekonomi kreatif tingkat desa .
FESTIVAL KEDUNG GUPIT #1 diharapkan menjadi perwujudan kegotong royongan serta pembangunan masyarakat di Desa Panjang, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus dengan kerjasama menggerakkan sektor-sektor strategis domestik yang diselaraskan dengan spirit akan nilai kemanusian dalam memaknai dirinya, masyarakatnya beserta alam sekitarnya.
Melalui platform tersebut, diharapkan untuk terjalinya kerjasama yang baik dari berbagai pihak untuk terus mengkapanyekan narasi kepada desa – desa lain sepanjang lintasan sungai di kabupaten Kudus untuk kembali menengoknya yang kemudian bisa menjadi ikon identitas masyarakat Kabupaten Kudus dengan “ KALI GELIS “ nya dengan kesadaran penuh sebagai manusia yang hidup dan mengidupi.
Mendorong terciptanya regulasi dalam tatanan kehidupan norma masyarakat yang beripihak kepada penjagaan alam sebagai bagian fundamental dari keberlangsungan kehidupan masyarakat di Kabupaten Kudus.
Singkat kata, ” Dalane Banyu, Dalane Urip. Mbumpeti Banyu Nekakno Bendu “.