Kudus, isknew.com – Bupati Kudus HM Hartopo terus sukseskan progam vaksinasi keliling di sembilan kecamatan di Kabupaten Kudus dengan vaksinasi ‘Door to Door’
Hal itu untuk mendukung ketercapaian penyuntikan vaksinasi pada kategori lanjut usia (lansia), Kemudian pada akhir tahun nanti ditargetkan mencapai 75 persen dan saat ini diklaim telah mencapai 50 persen lebih.
“Untuk lansia sekarang progresnya sudah di atas 50 (persen,red), jadi kita terus tingkatkan,” kata Hartopo usai meninjau vaksinasi keliling di Desa Kaliwungu, Kecamatan Kaliwungu, Sabtu (27/11/2021).
Sementara pada semua kategori, lanjut dia, secara keseluruhan untuk penyuntikan pada dosis pertama telah mencapai 60 persen. Oleh karenanya, pihak pemerintah daerah akan terus menggencarkan vaksinasi keliling ini. “Sehingga nanti akhir tahun ini nanti bisa mencapai 75 persen lah, sehingga bisa membentuk kekebalan komunal di tahun 2022 mendatang,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut juga, pihaknya kembali meyakinkan semua masyarakat untuk tidak usah takut divaksin. Vaksin, imbuh dia, juga tidak akan membuat orang yang disuntik vaksin jatuh sakit. “Justru sebaliknya, ketika orang itu disuntik vaksin, dia punya antibodi untuk melawan virus, sehingga nanti bila terpapar gejala tidak akan parah,” terangnya.
Hartopo juga berharap kepada para lansia untuk bersedia untuk divaksin. Walaupun, mereka jarang beraktivitas di luar rumah. Anggota keluarga dari para lansia pun diharapkan tidak menakut-nakuti lansia soal vaksinasi. “Harusnya itu diajak vaksin sekalian, bukan malah ditakuti karena vaksin ini kan dari pemerintah, tidak mungkin pemerintah ingin rakyatnya sakit, kami pastikan vaksin ini aman,” katanya.
Hartopo menambahkan, walau telah divaksin, pihaknya berharap masyarakat tidak abai dengan penerapan protokol kesehatan. Seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, hingga mengurangi mobilitas.
Sementara Camat Kaliwungu Satria Agus Himawan mengungkapkan, setelah mendapat arahan untuk dilakukan pendataan pada lansia di tingkat desa, sasarannya bisa menjadi lebih jelas. Sebelumnya, vaksinasi hanya dilakukan secara keliling di desa-desa. “Ketika ada data-data siapa saja lansia yang sudah divaksin, yang belum divaksin, dan tidak bisa divaksin, ini bisa jadi lebih mudah lagi kami memetakannya,” ujarnya.
Para lansia yang didapati belum melakukan vaksinasi pun kemudian diundang untuk melaksanakan vaksinasi di desa setempatnya. Hanya, mereka bisa saja tidak memenuhi undangan tersebut. Ketika itu terjadi, vaksinator keliling akan datang ke rumah. Melakukan pendataan, skrining, hingga vaksinasi di sana. “Jadi tim vaksinasinya yang ke rumah, mereka bisa saja mau datang tapi tidak bisa. Inilah gunanya jemput bola,” tutur dia.
Hasilnya, kata dia, lumayan memuaskan. Dalam sepekan saja, dia bisa memperoleh 20 persen dari target lansia yang dibebankan di kecamatannya. Bahkan, sehari dia pernah menyuntikkan vaksin ke 200 lansia. “Itu sehari saja, bayangkan jika ini kami lakukan terus menerus maka target vaksinasi lansia kami akan mencapai target dengan cepat,” katanya.
Satrio menambahkan, bagi lansia yang memang tidak bisa divaksin karena komorbid ataupun tak lolos skrining akan dihapus dari target sasaran. “Sehingga itu bisa mengurangi target kami dan capaiannya bisa maksimal, tentunya akan kami sertakan pula di dalam laporan,” pungkasnya. (AS/YM)