Kudus, isknews.com – Kabupaten Kudus kembali mencatatkan Rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dengan menampilkan Pagelaran Tari Kretek dengan Penari Terbanyak di Alun-alun Simpang Tujuh Kudus pada Sabtu sore, 22 Februari 2025.
Acara ini melibatkan ribuan peserta dari berbagai kalangan, termasuk siswa SMP, SMA, SLTA, sanggar seni, serta komunitas masyarakat.
Ketua MURI Semarang, Ari Andriani menyampaikan bahwa Pagelaran Tarian Kretek kolosal di Kabupaten Kudus tercatat dalam Rekor MURI ke 12.127 di Indonesia, dengan jumlah peserta tari sebanyak 1.405 orang.
“Awalnya peserta Tari Kretek diusulkan 1.000 peserta kepada kami (MURI), tapi ternyata ada tambahan sehingga menjadi sebanyak 1.405 peserta pada hari ini,” kata Ari, usai menyerahkan Piagam Penghargaan MURI kepada Pemerintah Kabupaten Kudus, Sabtu (22/02/2025).
Ia juga membeberkan bahwa Pagelaran Tari Kretek pada sore hari ini, tidak hanya tercatat sebagai Rekor MURI nasional, melainkan dikukuhkan pula sebagai rekor dunia. Sebab, pemecahan rekor tersebut berkaitan dengan kearifan lokal.
“Tarian Kretek belum pernah ada tercatat di Rekor MURI, ini yang pertama. Pada kesempatan ini juga dikukuhkan sebagai rekor dunia,” tandasnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kudus, Mutrikah, mengungkapkan bahwa kegiatan ini terselenggara berkat program pemerintah yang bertujuan mengangkat budaya lokal ke tingkat lebih tinggi.
“Tentunya budaya ini tidak dimiliki negara lain. Ini kebanggaan kita bersama. Pemkab Kudus mempunyai ide menggelar tari yang spektakuler, dan kami sangat berterima kasih atas partisipasi serta dukungan dari para sponsor,” ujarnya.
Persiapan menuju pemecahan rekor ini telah dilakukan secara matang. Setiap peserta telah menjalani latihan intensif, termasuk sesi gladi bersih di berbagai sanggar dan sekolah. Semua pihak berharap acara ini dapat berlangsung lancar dan mencatatkan prestasi gemilang bagi Kudus.
Wakil Bupati Kudus, Bellinda Putri Sabrina Birton, turut memberikan dukungan terhadap kegiatan ini. Ia menyatakan bahwa Festival Dandangan menjadi momentum tepat untuk memperkenalkan tari kretek sebagai salah satu ikon budaya khas Kudus.
“Hari ini kita menunjukkan ke dunia bahwa kretek lebih dari produk tembakau, tetapi merupakan budaya dan karya seni yang diekspresikan melalui sebuah tarian, yaitu Tari Kretek,” ujar Bellinda saat memberikan sambutannya.
Ia menerangkan bahwa Tari Kretek merupakan karya seni penuh makna, yang pada setiap gerakan mencerminkan proses pembuatan rokok kretek. Tarian ini juga mengandung filosofi yang mendalam, tentang kerja keras dan kreativitas.
“Tari Kretek merupakan kekayaan budaya yang hanya dimiliki oleh Kudus, dan dengan Rekor MURI ini, kita akan menyaksikan dan menjadi bagian dari pencapaian yang luar biasa bagi Kudus,” tambahnya.
Dengan adanya dukungan penuh dari pemerintah daerah, komunitas seni, serta masyarakat, pemecahan rekor MURI ini diharapkan dapat menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan mengharumkan nama Kudus di kancah nasional maupun internasional.
Salah satu peserta, Keysha Anggun Nathya Laksita (17) dari Sanggar Bougenville, mengungkapkan kebanggaannya dapat ikut serta dalam ajang bergengsi ini.
“Kami sudah melakukan latihan rutin di sanggar dan sekolah masing-masing. Tari kretek ini punya ciri khas tersendiri, sederhana tetapi tetap mewah dengan penggunaan caping kalo,” ungkapnya.
Keysha juga berharap agar tari kretek tidak hanya dikenal di dalam negeri tetapi juga diakui secara internasional.
“Dengan adanya Rekor MURI, saya berharap Tari Kretek dikenal hingga mancanegara,” tandasnya. (YM/YM)