Ternyata Beginilah Asal Usul Desa Besito

oleh -4,838 kali dibaca
Foto: Kantor Balai Desa Besito, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Sabtu (10-03-2018). (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Kudus, ISKNEWS.COM – Desa Besito, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, sejak lama dikenal oleh masyarakat sebagai sentra pekerja bangunan. Dari situ banyak orang beranggapan jika awal mula Desa Besito berasal dari kata besi dan bata, yang menjadi cerminan perekonomian masyarakatnya waktu itu. Benarkah hal tersebut?

Untuk memastikan hal tersebut, isknews.com menemui salah seorang tokoh masyarakat Desa Besito, Muhamad Ihsan (46), Sabtu (10-03-2018). Pada pertemuan tersebut, Ihsan sapaan karibnya mengatakan, jika Desa Besito terbentuk pada zaman penjajahan Belanda.

“Pada zaman dahulu di Kerajaan Mataram mengadakan sebuah sayembara, waktu itu banyak orang yang turut serta memeriahkan sayembara tersebut. Dari sekian banyak peserta, salah satunya adalah santri dari Sunan Kalijaga yang bernama Ki Ageng Selo,” kata Ihsan.

Dengan persiapan yang matang, Ki Ageng Selo mempersiapkan diri mengikuti sayembara tersebut. Tak heran jika pada akhirnya Ki Ageng Selo dapat memenangkan sayembara tersebut. Setelah memenangkan sayembara tersebut, Ki Ageng Selo meminta hadiah kepada Raja Mataram. Akan tetapi, Raja tersebut mengingkakari janjinya tersebut.

Penuh rasa kecewa, Ki Ageng Selo pergi meninggalkan Mataram menuju ke kediaman Sunan Kalijaga. Di Demak, ia membantu Sunan Kalijaga mensyiarkan agama Islam dan membangun sebuah keluarga. Ki Ageng Selo dikaruniai dua orang anak yakni Suwardi Gento Kerto Kusumo dan Songko Sahila.

Kedua anaknya tersebut diutus untuk belajar ke Sunan Muria. Sekian lama belajar kepada Sunan Muria dan ilmu yang didapat dirasa sudah cukup. Akhirnya Sunan Muria mengutus Suwardi Gento Kerto Kusumo dan Songko Sahila untuk menyebarkan agama Islam.

“Berjalanlah kalian ke sebuah daerah hingga menemukan jalan buntu. Setelah itu, kalian lakukan dakwah Islam di daerah tersebut,” kata Ihsan menirukan pembicaraan Sunan Muria pada kedua anak Ki Ageng Selo waktu itu.

Dimulailah perjalanan kedua anak Ki Ageng Selo tersebut dengan visi mensyiarkan agama Islam. Hingga tibalah Suwardi Gento Kerto Kusumo pada sebuah daerah yang kini dikenal dengan nama Desa Besito.

“Langkah perjalanan Suwardi Gento Kerto Kusumo terhenti pada sebuah telaga. Di sana ia melakukan babat alas dan mendirikan sebuah masjid sebagai tempat syiar agama Islam sebagaimana perintah Sunan Muria,” tuturnya.

Tingginya ilmu agama yang dimiliki oleh Suwardi Gento Kerto Kusumo menjadikannya dijuluki sebagai Mbah Surgi oleh masyarakat sekitar. Untuk menyebarkan agama Isalam di daerah tersebut, Mbah Surgi membangun sebuah pondok pesantren.

Ada sesuatu yang menarik dari pondok pesantren tersebut. Meskipun luas bangunannya terbilang sempit, namun bangunan tersebut dapat menampung berapapun banyak murid dari Mbah Surgi yang datang ke sana.

“Masyarakat Desa Besito tidak mengetahui secara pasti bagaimana kisah awal mula pemberian nama tersebut. Beberapa versi menafsirkan, jika nama tersebut diambil dari sebuah kata bahasa arab yakni Al Basitu yang berarti mejernihkan atau menerangkan,” ungkap Ihsan.

Kata ini menggambarkan bahwa kedatangan Mbah Surgi ke daerah tersebut berperan membawa masyarakat tersebut menuju kehidupan yang lebih terang. Adapula yang menyebutkan jika Besito diambil dari kata Mbesito yang memiliki makna yang dalam akan dakwah yang dilakukan oleh Mbah Surgi.

“Mbesito diambil dari Mugo-mugo Biso Eling Sekabihane, Insyaallah Tentrem Mbonten Enten Opo-opo. Kalimat tersebut diartikan sebagai sebuah harapan agar masyarakat Desa tersebut dapat selalu ingat dan waspada sebagaimana yang dicontohkan oleh Mbah Surgi.” pungkasnya.

Terkait asal usul Desa Besito yang diambil dari kata besi dan bata, Ihsan tidak mengetahui secara pasti hal tersebut. Karena Desa tersebut terbentuk dari zaman penjajahan Belanda, sedangkan menjamurnya pekerja bangunan di daerah tersebut baru muncul setelah masa kemerdekaan. (NNC/MR)

KOMENTAR SEDULUR ISK :