Kudus, isknews.com – Berbeda dengan kain bordir yang dibuat dengan mesin atau komputer, bordir icik dijahit menggunakan peralatan manual.
Eni Zunita, owner dari Djasmine Bordir menjelaskan jika bordir icik butuh ketelatenan, kesabaran, hingga keahlian khusus untuk membuat setiap detail keindahan dan komposisi warna yang dituangkan dalam selembar kain bordir khas Kudus tersebut.
Dirinya menambahkan, Sebab kerumitannya (karena harus dibuat secara manual dan butuh waktu lama) penjahit bordir icik banyak didominasi perempuan-perempuan paruh baya.
“Terlebih generasi muda saat ini jarang yang mau menekuni keterampilan bordir icik karena kesulitannya,” imbuh Eni.
Karena memiliki detail yang khas dan kehalusan hasilnya, lanjut Eni, produk-produk kain bordir icik saat ini masih banyak peminat setianya.
Oleh sebab itulah, Eni tetap mempertahankan bordir warisan budaya Kudus yang sangat berharga itu dengan terus berinovasi,
Diketahui, Eni merupakan penerus generasi ketiga di keluarganya yang menekuni bordir icik,
“Dari generasi ketiga setelah generasi pertama Karinah (di tahun 1960-an), generasi kedua, Jasminah dengan produknya Yusril Bordir icik, lalu generasi ketiga, saya sendiri, dari tahun 2006 hingga sekarang.
Awalnya melihat ibu saya yang usaha bordir, terus saya tertarik dan akhirnya saya buka usaha bordir sendiri dengan nama Djasmine Bordir,” ungkapnya. (AS/YM)