Warga Colo Gelar Tradisi Guyang Cekathak, Kearifan Lokal Lereng Muria yang masih Lestari

oleh -1,575 kali dibaca
Foto: ist.

Kudus, isknews.com – Ratusan warga lereng gunung muria yang terdiri dari tokoh masyarakat, pedagang, tukang ojek, para peziarah dan warga pendatang yang sengaja datang sangat antusias mengikuti prosesi Guyang Cekathak, Jumat (15/9/2023).

Tradisi guyang cekathak dilakukan di Sendang Rejoso. Ketua Yayasan Masjid dan Makam Sunan Muria (YM2SM), Abdul Manaf menyebut Sendang Rejoso dulunya merupakan tempat mandi dan berwudu Sunan Muria.

Guyang Cekhatak merupakan sebuah tradisi yang dilakukan warga sekitaran Gunung Muria untuk meminta hujan saat wilayah tersebut kekeringan. Ritual dilakukan dengan memandikan pelana kuda pada hari Jumat Wage di musim kemarau.

“Sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada Sunan Muria tanpa adanya niatan musyrik. Karena pada dasarnya doa meminta hujan tetap dilaksanakan dengan sholat sunah meminta hujan. Namun, dalam prosesinya dikemas dengan tradisi,” ujarnya.

Abdul Manaf menyampaikan jika tradisi Guyang Cekathak merupakan tradisi turun temurun dari leluhur sebagai ritual penghormatan terhadap Sunan Muria.

“Guyang atau lebih mudah diucapkan ngguyang yang berarti memandikan, dan Cekathak sendiri disini merupakan pelana kuda yang terbuat dari kayu. Tradisi ini mulanya sudah dilakukan rutin pada masa Sunan Muria dulu,” jelasnnya.

Tradisi ini semula dilakukan untuk mengajak masyarakat sekitar Gunung Muria untuk melestarikan sumber air yang berada di kawasan Muria.

Rangkaian acara Guyang Cekathak ini, lanjutnya, dilakukan oleh warga sekitar Muria. Dengan dibawanya Cekathak (pelana kuda)  dari komplek Masjid Muria menuju mata air Sendang Rejoso menuju mata air Sendang Rejoso diiringi dengan terbangan (rebana) dan selawat nabi. Yang nantinya Cekathak tadi akan dimandikan disana.

Menurut cerita turun temurun orang-orang disana, Sendang Rejoso merupakan tempat wudhu Sunan Muria, karena lokasinya yang memang tidak jauh dari sana.

Abdul Manaf menyebut, Guyang Cekathak sebagai kearifan lokal kawasan lereng Gunung Muria yang harus dilestarikan. “Berharap tradisi ini lestari dan bisa diwariskan ke generasi selanjutnya,” pungkasnya (AS/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :