KUDUS, isknews.com- (05/03) Rasa sadar lingkungan harus dimiliki oleh semua orang, tidak hanya orang tua yang harus memiliki perilaku mencintai lingkungan, anak-anak yang nantinya akan menjadi penentu bangsa juga harus mulai diberi pendidikan mengenai mencintai dan menjaga lingkungan sejak masih kecil. Dengan diberikan pendidikan tersebut, akan membuat anak-anak tumbuh dengan rasa kepeduliannya kepada lingkungan.
Bank sampah merupakan salah satu program pemerintah untuk pelestarian lingkungan serta pemanfaatan sampah menjadi barang-barang yang bernilai jual. Di Kabupaten Kudus sendiri terdapat lebih dari 20 bank sampah, kebanyakan bank sampah yang ada diurus oleh ibu-ibu rumah tangga atau ibu-ibu PKK, namun ada pula yang diurus oleh anak muda. Selain itu di Kabupaten Kudus juga terdapat bank sampah yang ada di sekolah-sekolah, salah satunya yaitu bank sampah yang ada di SDIT Al Islam.
Bank Sampah di SDIT Al Islam sudah ada lebih dari 1,5 tahun yang lalu, bermula dari suatu masalah, dimana siswa siswi SDIT Al Islam yang mencapai 853 orang ini setiap harinya diberikan makanan ringan serta makan siang yang tidak lepas dari sampah yang ditimbulkannya. Dari masalah tersebut pihak sekolah bersama dengan komite sekolah ingin menjadikan sebuah masalah tersebut menjadi suatu berkah tersendiri. Akhirnya tercetus pembentukan bank sampah sekolah. Sampai sekarang ini hasil penjualan tabungan sampah baik barang yang layak kreasi ataupun layak jual setiap bulannya menjapai Rp. 1.500.000. Selain dari sampah harian, sekolah juga mengadakan sedekah sampah setiap hari sabtu pagi, dimana siswa-siswi atau wali murid membawa sampah yang ada dirumah untuk ditabung dan disedekahkan. Hasil dari tabungan tersebut nantinya akan digunakan untuk pembangunan masjid sekolah.
Kreasi barang bekas yang dijual di sekolah merupakan hasil dari wali murit, namun siswa-siswi juga ikut dilibatkan dalam program bank sampah tersebut. Anak-anak diberikan materi mengenai mana sampah yang layak jual, sampah yang bisa dikreasikan dan sampah yang layak buang. Selain itu siswa-siwsi juga diajarkan dalam pembuatan pupuk melalui program composting. “Dari program bank sampah inilah SDIT Al Islam meraih sekolah adiwiyata tingkat nasional pada tahun 2015 akhir kemarin, namun SDIT Al Islam juga ingin meraih adiwiyata mandiri, yaitu sekolah adiwiyata yang memiliki sekolah binaan.” Ujar Udin selaku humas SDIT Al Islam kepada isknews.com. (FA)