Beginilah Cara Pengusaha Reparasi Sepatu Pertahankan Usahanya

oleh -1,902 kali dibaca
Foto: Sunoko yang tengah mereparasi sendal di lapaknya, Pasar Kliwon Kudus, Jumat (09-03-2018). (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Kudus, ISKNEWS.COM – Membuka suatu usaha selalu identik dengan modal, padahal modal jika ditelisik kembali modal bukan menjadi syarat utama dalam merintis sebuah usaha. Namun, modal utama yang harus dimiliki oleh para perintis usaha adalah kejelian dalam melihat suatu peluang. Setelah itu, niat dan tekat yang kuat untuk terus menggeluti usaha tersebut. Seperti yang dilakoni Sunoko, warga Desa Mlati Norowito, Kecamatan/Kabupaten Kudus, yang telah puluhan tahun menekuni usaha reparasi sepatu.

Meskipun pekerjaanya sering kali dipandang sebelah mata, pria 56 tahun ini tetap semangat menekuni pekerjaannya. Berbekal niat dan tekat yang bulat serta kemampuan reparasi sepatu yang dipelajarinya secara otodidak, Sunoko memulai usahanya dari tahun 1990.

Sebelum menggeluti usaha reparasi sepatu, ia berprofesi sebagai buruh di sebuah perusahaan kayu lapis. “Waktu itu perusahaan tersebut nyaris bangkrut, sehingga terjadi pengurangan karyawan secara besar-besaran dan saya termasuk di dalamnya. Lama menganggur membuat saya stres waktu itu, lantaran posisi saya sebagai kepala keluarga yang harus mencukupi kebutuhan anak dan istri saya,” ungkap Sunoko.

Foto: Sunoko yang tengah mereparasi sendal di lapaknya, Pasar Kliwon Kudus, Jumat (09-03-2018). (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Berbagai pekerjaan serabutan ia lakoni untuk menafkahi keluarga kecilnya. Keinginan untuk merintis suatu usaha kerap terlintas dibenaknya. Tidak adanya modal membuatnya menggugurkan kembali keinginan tersebut. Hingga suatu ketika, ia mantapkan tekatnya untuk memulai usaha reparasi sepatu.

Sunoko tidak mengetahui secara jelas yang mendorongnya memilih usaha reparasi sepatu waktu itu. Dengan modal seadanya yang digunakan untuk membeli peralatan serta keahlian yang dipelajarinya secara otodidak, Ayah dengan empat anak ini membulatkan tekatnya memulai usaha tersebut. Digelarnya lapak usaha reparasi sepatu tersebut di area pelataran Pasar Kliwon.

Saat itu dirinya sempat pesimis dengan usaha tersebut, lantaran di Pasar Kliwon banyak penjual sendal dan sepatu dengan harga yang relatif murah. “Awal memulai usaha pastinya sepi, saat itu saya sempat berpikir bahwa sebagian besar orang yang pergi ke Pasar Kliwon ini tujuannya untuk berbelanja. Di satu sisi, di sini banyak yang berjualan sepatu dan sendal baru dengan harga yang relatif murah. Adakah orang yang membutuhkan jasa saya di sini?” tuturnya pada media ini, Jumat (09-03-2018).

Foto: Sendal yang telah direparasi oleh Sunoko di lapaknya, Pasar Kliwon Kudus, Jumat (09-03-2018). (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Akan tetapi Sunarko percaya bahwa urusan rezeki sudah diatur oleh Tuhan, meski diselimuti rasa pesimis ia tetap bertahan menjalankan usahanya tersebut. Perlahan satu persatu pengunjung dan masyarakat menggunakan jasanya. Harga yang dipatoknya untuk mereparasi sebuah sepatu tidak besar, hanya Rp. 5 – 15 ribu untuk sepasang sepatu disesuaikan dengan tingkat kesulitan pengerjaannya.

Setiap harinya ia dapat mengerjakan lima hingga delapan pasang sepatu, dan membeludak pada musim penghujan tiba, lanatran seringnya terpapar air membuat sendal maupun sepatu lebih mudah rusak. Pelanggannya cukup beragam, dari para pedagang, anak sekolah, buruh pabrik dan masyarakat sekitar. Sunoko mengatakn jika sebagian besar pelangganya memilih untuk menggunakan jasanya, karena merasa sayang dengan sepatu ataupun sendal yang dimiliki.

“Tidak semua orang yang sepatu atau sendalnya rusak, lantas membuang dan membeli lagi yang baru. Sebagian besar justru lebih memilih mereparasinya, karena biayanya lebih murah dan tingkat kerusakannya tidak terlalu parah. Tak hanya itu, sebagian juga ada yang menggunakan jasa saya untuk memperkuat sepatu atau sendal yang baru dibelinya, agar tidak mudah rusak dan dapat digunakan dalam waktu yang lama. Peluang itulah yang membuat saya terus optimis dalam menjalankan usaha reparasi sepatu ini sampai saat ini.” kata Sunoko.

Tidak ada metode pamasaran khusus yang ia lakukan, pemasarannya hanya dari mulut ke mulut. Baginya kepuasan pelanggan atas layanan yang telah dilakukannya merupakan suatu bentuk pemasaran yang efektif. (NNC/RM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :