Kudus, isknews.com – Sebagai daerah kawasan sentra pertanian atau kawasan lumbung padi, kawasan undaan memiliki potensi akan sejarah berdirinya bendungan wilalung sebagai pelindung banjir bagi masyarakat di daerah Kudus, Demak, Pati. Dengan adanya pembangunan ini berkali – kali menyelamatkan masyarakat dari banjir, dahulu limpahan air yang datang sebanyak 1350 meter kubik per detik sehingga tidak salah jika pada zaman dahulu Undaan sering terjadi banjir yang diakibatkan limpahan air tersebut.
Bangunan bendungan Wilalung yang sudah satu abad lebih ini dibangun pada tahun 1892 oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan pintu 11 air, dimana pembangunan tersebut didatangkan dari Amsterdam Belanda. Salah satu kepentingan Pemerintah Hindia Belanda membangun bendungan ini ialah melindungi Kudus yang pada waktu menjadi daerah penopang perdagangan Karesidenan Semarang. Di bagian timur Distrik Undaan terdapat Rawa Gede, suatu rawa besar yang melewati perbatasan dengan Distrik Kajen (sekarang Kayen di Kabupaten Pati).
Pembuangan rawa ini adalah Sungai Juwana. Batas barat Kota Kudus adalah Sungai Serang yang di kedua sisinya dibangun bendungan. Di Wilalung Distrik Undaan, dibangun sebuah pintu air besar yang mengatur air banjir ke Sungai Babalan atau Juwana dan Tanggulangin (Sungai Wulan).
Seiring dengan perkembangan zaman, bendungan tersebut kini hanya memiliki Sembilan pintu yang masih beroperasi. Hal hal ini disebabkan oleh sendimentasi disungai wulan, serang, dan Juwana.
Jejak pembangunan peninggalan belanda ini adanya bendungannya, serta dua katrol pengangkut beton dan sampah, serta sebuah troli tua yang berada disekitaran bendungan. Kini tempat tersebut digunakan sebagai potensi wisata edukasi sejarah peninggalan belanda yang masih berlangsung hingga saat ini. (SU/LR/red)