Kudus, isknews.com – Bupati Kudus Sam’ani Intakoris mengapresiasi konsistensi masyarakat Desa Loram Kulon dalam menjaga dan melestarikan tradisi Ampyang Maulid. Menurutnya, tradisi yang digelar Minggu (7/9/2025) ini tidak hanya sarat nilai budaya dan religi, tetapi juga mampu mendatangkan wisatawan serta menggerakkan ekonomi warga.
“Tradisi ini sekaligus menjadi penggerak ekonomi warga. Semoga terus dilestarikan agar manfaatnya semakin luas,” ujar Sam’ani.
Tradisi Ampyang kali ini diikuti 47 kontingen dari Loram Kulon dan Loram Wetan. Mereka menampilkan gunungan hasil olahan warga yang dinilai dari aspek kerapian serta kekompakan.
Ketua panitia, Muhammad Abdul Rauf, menegaskan penilaian difokuskan pada gunungan, sementara ogoh-ogoh tidak masuk kriteria karena sejak awal dilarang. “Peserta tahun ini memang lebih sedikit dibanding tahun lalu. Namun, esensi tradisi tetap terjaga dan pelaksanaan berlangsung tertib,” jelasnya.
Kirab Ampyang menempuh rute sekitar dua kilometer dari Lapangan Kongsi Loram Wetan menuju Masjid Wali Loram Kulon. Tradisi ini telah ada sejak masa lampau sebagai wujud syukur masyarakat memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Warga membawa nasi bungkus atau Nasi Kepel dengan lauk sederhana seperti botok yang dimaknai sebagai bentuk sedekah dan kebersamaan.
Tradisi yang sempat dibangkitkan kembali oleh almarhum Kiai Hamzah Asnawi pada 2006 itu kini semakin berkembang setelah mendapat dukungan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus. Bahkan, Ampyang telah menjadi daya tarik desa wisata.
Anggota Komisi XI DPR RI, Musthofa, turut mengapresiasi perkembangan tradisi Ampyang Maulid. Ia menilai, kegiatan ini tidak hanya menjadi perayaan budaya dan keagamaan, tetapi juga menunjukkan kemandirian masyarakat dalam bidang pendidikan dan spiritual.
“Saya melihat ada perubahan luar biasa. Nilai spiritual semakin menguat, salah satunya ditandai dengan adanya prasasti dari keluarga besar Nahdlatul Ulama,” ungkapnya. (AS/YM)








