Dari Gobak Sodor hingga Egrang, Kemenbud Dorong Desa Hidupkan Dolanan Tradisional

oleh -213 Dilihat
Ilustrasi permainan dolanan anak tradisional di Kudus.

Kudus, isknews.com – Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia memilih cara berbeda untuk mendekatkan kembali warisan permainan tradisional kepada generasi muda. Bukan melalui seminar atau kampanye formal, melainkan lewat gelak tawa dan hiruk-pikuk permainan rakyat yang digelar langsung di kompleks Museum Situs Purbakala Patiayam, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kudus.

Festival Dolanan Anak Tradisional yang diselenggarakan pada Sabtu (22/11/2025) itu menjadi ruang temu antara masa lalu dan masa kini. Melalui panggung kebudayaan yang meriah, kementerian ingin menunjukkan bahwa museum bukan sekadar tempat menyimpan artefak, tetapi wahana hidup bagi ekspresi budaya masyarakat.

Kepala Subdirektorat Pemeliharaan dan Pengembangan, Direktorat Sarana dan Prasarana Kebudayaan Kementerian Kebudayaan RI, Brahmantara, menegaskan bahwa museum hari ini harus memberi makna lebih luas.

“Tetapi menjadi ruang publik untuk berekspresi budaya. Kita tahu dolanan atau permainan tradisional merupakan salah satu objek pemajuan kebudayaan. Ini sekaligus menjadikan museum sebagai ruang publik dan melestarikan OPK juga,” ujarnya.

Ia menambahkan, selama ini dolanan anak tradisional hanya tampil sebagai pelengkap acara tertentu. Padahal, permainan seperti ini menyimpan nilai sosial, kebersamaan, hingga kreativitas yang sangat relevan dengan perkembangan anak.

“Kita lihat anak-anak muda sekarang punya budaya yang berbeda, yang asik dengan HP-nya, itu menggerus perhatian dan pemahaman mereka tentang permainan tradisional. Ke depan, harapan kami tentunya setiap desa bisa mengembalikan dolanan tradisional,” terangnya.

Dukungan penyelenggaraan festival ini juga datang dari Pemerintah Kabupaten Kudus melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). Sekretaris Disbudpar Kudus, Agus Susanto, menyebut ada sembilan permainan tradisional yang ditampilkan, sebagian besar dimainkan oleh para pelajar SMP.

Permainan tersebut meliputi gobak sodor, egrang, petak umpet, lompat tali, gedrik, betengan, setinan, gangsingan hingga bakiak.

“Dolanan tradisional ini salah satu dari 10 objek pemajuan kebudayaan yang memang belum tergarap maksimal di Kudus, selain olahraga tradisional juga. Makanya kita giat mulai kembali agar ini tetap lestari,” ujar Agus.

Ia menyampaikan rencana untuk meminta sekolah-sekolah di Kudus menyediakan ruang serta alat permainan tradisional melalui Disdikpora.

“Di setiap area yang ada di sekolahan harus ada itu karena menarik dan tidak banyak lahan maupun alat yang harus disediakan,” tandasnya.

Festival Dolanan Anak Tradisional kali ini diharapkan menjadi pijakan awal bagi penguatan kembali permainan rakyat sebagai bagian penting dari budaya lokal. Pemerintah daerah ingin kegiatan semacam ini digelar secara rutin sebagai upaya menjaga identitas budaya Kudus tetap hidup dan relevan bagi generasi muda. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :