Diterjang Perkakas Modern, Kasmilah Bertahan Lestarikan Besek

oleh -1,269 kali dibaca
Foto: Kasmilah sedang menyerut bambu di halaman rumahnya. (Nila Niswatul Chusna/ISKNEWS.COM)

Kudus, ISKNEWS.COM – Besek warga Kudus menyebutnya merupakan sebuah wadah berbentuk segi empat yang terbuat dari anyaman bambu. Bagi masyarakat Jawa, besek banyak digunakan untuk meletakkan makanan dalam acara kenduri maupun hajatan. Selain itu, sebagian kecil masyarakat juga masih memanfaatkan besek sebagai tempat bumbu masak dan sebagainya.

Meskipun kini, sudah banyak yang beralih menggunakan kardus kertas maupun plastik sebagai wadah makanan dalam sebuah acara. Namun tak menghalangi segelintir orang untuk tetap mempertahankan kerajinan besek sebagai seni tradisional turun-menurun. Serta telaten menekuni usaha tersebut, meski masyarakat modern telah beralih menggunakan perkakas yang lebih praktis.

Foto: Dengan telaten Kasmilah menganyam serutan bambu untuk menjadi sebuah besek di teras rumahnya. (Nila Niswatul Chusna / ISKNEWS.COM)

Di Kudus terdapat sebuah desa yang menjadi sentra pembuatan besek, yakni Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus. Tak heran, jika berkunjung ke Desa tersebut anda akan menemukan, halaman rumah warga digunakan untuk menjemur serutan bambu, yang menjadi bahan baku pembuatan besek.

Warga Desa Jepang yang menekuni usaha pembuatan besek mayoritas sudah berusia lanjut. Tubuh renta mereka, tidak mematahkan semangatnya untuk tetap mencari nafkah untuk sekedar mengepulkan asap dapur.

“Dari kecil saya sudah terbiasa kerja keras mencari nafkah, hingga tua pun saya harus tetap bekerja karena itu adalah rutinitas saya,” ujar Kasmilah (68) seorang pengrajin besek asal Desa Jepang, Sabtu (27-01-2018).

Ia menceritakan, bahwa dahulu ia bekerja di salah satu perusahaan rokok yang ada di Kota Kretek ini. Untuk menambah penghasilannya, nenek dengan enam orang anak dan tiga belas cucu ini memanfaatkan waktu luangnya dengan membuat besek.

Usianya yang sudah menua dan fisiknya yang sudah tidak sekuat dahulu, mendorongnya untuk berhenti bekerja di perusahaan rokok tersebut. Dan kini ini mengantungkan hidupnya dari membuat besek.

“Mencari kerja saat ini susah, apalagi saya sudah berusia tua dan tidak bisa baca tulis. Keahlian yang saya punya hanya membuat besek, sehingga saya memutuskan untuk melanjutkan usaha pembuatan besek ini,” ungkap Kamilah sambil menyerut bambu.

Setiap harinya, ia harus memotong bambu-bambu menjadi potongan kecil berdasarkan ukuran yang diinginkan, lalu diserut dan dijemur sampai kering. Setelah kering bambu tersebut baru dianyam hingga membentuk besek siap pakai.

Besek yang dihasilkan Kamilah, setiap harinya tidak banyak, menyesuaikan dengan kondisi cuaca. Jika cuaca hujan, serutan bambu yang ia jemur tidak dapat kering. Sehingga sulit untuk dianyam karena lebih mudah patah.

“Meskipun sudah tua seperti ini saya memilih tetap bekerja, meskipun kini saya hanya bekerja sebisanya,” pungkasnya. (NNC/AM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.