Kudus, isknews.com – Dunia perfilman di Kabupaten Kudus mencatat sejarah baru dengan terselenggaranya Festival Film Anak Bangsa (FFAB) 2025, sebuah ajang kompetisi film pendek tingkat nasional yang digelar untuk pertama kalinya. Mengusung tema “Air Mata Air”, festival ini resmi dimulai sejak 1 Januari dan akan mencapai puncaknya pada malam penganugerahan yang digelar pada 17 Mei 2025 mendatang di Balai Budaya Rejosari.
FFAB 2025 berhasil menarik perhatian 157 peserta dari 63 kota di 18 provinsi di Indonesia, termasuk dari Bali, NTT, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Aceh, hingga Papua. Keberagaman peserta mencerminkan semangat festival ini dalam merangkul kekayaan budaya dan cerita lokal yang sarat makna, khususnya yang menyoroti isu lingkungan dan ekologi.
Tema “Air Mata Air” dipilih bukan tanpa alasan. Air dipandang sebagai elemen vital yang menghubungkan manusia dan alam, sekaligus menjadi pengingat akan tantangan besar yang kini tengah dihadapi dunia, mulai dari krisis air, polusi, hingga perubahan iklim. Hal ini ditegaskan oleh Irianto Gunawan dari Balai Budaya Rejosari, yang menyebut bahwa tema ini sejalan dengan visi RKBBR sebagai ruang dialog seni dan budaya.
Senada dengan itu, Romo Leonardus Tri Purnanto, MSF dari RKBBR mengungkapkan bahwa festival ini bukan sekadar selebrasi karya seni, tetapi juga medium untuk menyampaikan pesan penting terkait pelestarian alam. “Festival ini menjadi sarana edukasi agar masyarakat, terutama generasi muda, lebih peduli terhadap lingkungan sekitar,” ujarnya.
Cornel Innos dari GsT Productions menambahkan, FFAB 2025 diharapkan menjadi ruang kolaborasi bagi komunitas film dan pecinta seni visual. “Kami ingin ajang ini menjadi tempat di mana keresahan masyarakat tentang isu sosial dan lingkungan bisa dituangkan dalam karya yang bermakna dan tak lekang oleh waktu,” jelasnya.
Sementara itu, Koordinator FFAB 2025, Melly Hana Septiana, menyampaikan bahwa ajang ini terbuka bagi sineas dari berbagai latar belakang, baik pemula maupun profesional. “Kami ingin cerita-cerita lokal dari berbagai daerah bisa disampaikan dan dirasakan oleh lebih banyak orang, sehingga berdampak positif bagi kesadaran lingkungan ke depan,” ujarnya.
FFAB 2025 tak hanya menyajikan kompetisi film pendek, tetapi juga akan menggelar rangkaian acara seperti workshop kreatif, screening film, dan bedah film. Puncaknya, malam anugerah akan digelar secara terbuka untuk umum pada 17 Mei 2025 di Balai Budaya Rejosari, Kudus.
Panitia FFAB menyiapkan total hadiah Rp32.500.000 untuk para pemenang dalam beberapa kategori, antara lain:
- Film Pendek Terbaik: Rp15.000.000
- Sutradara Terbaik: Rp2.500.000
- Aktor/Aktris Terbaik: Rp5.000.000
- Penulis Skenario Terbaik: Rp2.500.000
- Skoring Musik Terbaik: Rp2.500.000
- Penata Artistik Terbaik: Rp2.500.000
- Teaser Terbaik: Rp2.500.000
Dewan juri nasional yang akan menilai karya peserta terdiri dari nama-nama penting dalam dunia perfilman Indonesia, seperti Asa Jatmiko (Kudus), Fanny Chotimah (Surakarta), dan Rendra Bagus Pamungkas (Jakarta).
“FFAB 2025 adalah langkah penting dalam membuka ruang bagi sineas muda untuk berkembang. Kami ingin film-film Indonesia bisa menjadi jembatan yang menyambungkan kisah-kisah lokal dengan dunia,” pungkas Melly. (AS/YM)