Kudus, isknews.com – Penjabat (Pj) Bupati Kudus HM Hasan Chabibie menekankan pentingnya penggunaan media sosial secara bijak di tengah masyarakat.
Hal itu sampaikannya saat menghadiri Festival Literasi dengan tema “Literasi Media Sosial dan Anti Kekerasan” yang digelar di Pendapa Kabupaten Kudus pada Sabtu (14/9/2024).
Hasan Chabibie mengingatkan bahwa masyarakat perlu memiliki literasi yang memadai agar aktivitas di media sosial tidak hanya bermanfaat tetapi juga aman. “Saat ini, siapa saja bisa menjadi pembuat dan penerbit konten, tetapi kehati-hatian sangat diperlukan,” ujarnya.
Ia juga menyoroti adanya Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang sudah berlaku, sehingga masyarakat diminta untuk selalu menyaring informasi sebelum membagikannya. “Setiap postingan di media sosial sudah masuk ke ranah publik, dan ketika itu terjadi, kita kehilangan kendali atasnya,” tambahnya.
Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan literasi digital agar terhindar dari kesalahan dan dampak negatif saat bermedia sosial. “Jangan sampai media sosial kita justru menjadi sarana kekerasan. Medsos mencerminkan diri kita,” jelasnya.
Lebih lanjut, Pj Bupati Kudus juga menyampaikan fakta mengenai minat baca di Indonesia yang sangat rendah, yaitu hanya 0,001 persen, yang berarti dari seribu orang, hanya satu yang benar-benar membaca. “Kebanyakan orang lebih memilih bermain media sosial daripada membaca buku,” ungkapnya.
Meski demikian, ia menyadari bahwa budaya media sosial tidak bisa dibendung, tetapi ia berharap masyarakat lebih cerdas dalam menyikapinya. “Arus informasi di medsos memang cepat, tapi kita harus tetap melek literasi agar bisa bijak menggunakannya,” pesannya.
Di sisi lain, Plh Kepala BKHM Kemendikbudristek, Anang Ristanto, yang juga hadir dalam acara tersebut, menambahkan bahwa literasi sangat penting dalam penggunaan media sosial. Menurutnya, literasi yang baik bisa mencegah seseorang terjebak dalam penyebaran hoaks.
“Tanpa literasi, pengguna media sosial rentan terhadap hoaks. Itulah sebabnya kami terus mengampanyekan bijak bermedsos,” katanya. Ia juga menekankan bahwa literasi akan membentuk etika serta tanggung jawab dalam bermedia sosial.
Anang juga menyarankan agar masyarakat tidak hanya meningkatkan literasi tetapi juga numerasi. Hal ini penting untuk melatih kemampuan berpikir kritis saat beraktivitas di dunia digital. “Pikiran yang kritis membuat kita lebih bijak saat berselancar di media sosial,” tuturnya.
Sebagai penutup, Anang mengingatkan pentingnya slogan “Jarimu Harimaumu” yang menandakan kehati-hatian dalam setiap tindakan di media sosial. “Jangan sampai melanggar UU ITE saat bermedsos. Kita harus sadar bahwa setiap jari yang mengetik bisa berpotensi menimbulkan dampak, baik positif maupun negatif,” pungkasnya. (AS?YM)