Kudus, isknews.com – Gus Wahab, pria kelahiran tahun 1979 ini begitu bersemangat ingin membangun desanya. Pemilik nama lengkap Setya Gunawan Wahib Wahab merupakan sosok yang dipercaya warga mampu memimpin sebuah desa, yakni Desa Dersalam, Bae, Kudus.
“Alhamdulillah, meskipun dengan beberapa kekurangan saya, pada tahun 2013 dimana mau ada Pilkades serentak saya dipercaya warga untuk maju mencalonkan diri sebagai kades, warga menganggap saya ini sosok yang mampu bisa membawa perubahan, dan alhamdulillah saya terpilih dan diberi kesempatan untuk memimpin desa Dersalam sampai sekarang”, katanya kepada isknews.com, Selasa (11/04).
Pernah nyantri dan di Sabda Kyai
Saat umur 20 tahun tepatnya pada tahun 2000 beliau menimba ilmu disebuah pondok pesantren, pondok pesantren tersebut terletak di Dukuh Jadugan, Desa Mojosari, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Jawa timur. Gus Wahab (panggilan akrab mbah yai kepadanya) yang menjadi santri di pondok pesantren Miftahul Ulum asuhan KH. Ali Ridlo Hasan Musthofa (almarhum) mampu merubahnya menjadi sosok yang kreatif dibidang seni, yakni seni rebana. Pada tahun 2004 ia memutuskan untuk boyong (pulang, red) dirasaberat dimata Kyai karena selama mondok Gus Wahab sudah membuat perubahan di pondok pesantren Miftahul Ulum sehingga ponpes tersebut terkenal dimasyarakat luas. Setelah boyong, pada waktu ngaji dihadapan para santri dan santriwatinya beliau KH. Ali Ridlo Hasan Musthofa (almarhum)pernah berkata (ngendikan, jawa) “Gus Wahab iku bakale dadi Lurah”.
“Setelah saya boyong saya mendapat cerita dari seorang teman mondok, bahwa mbah yai pernah ngendikan pada waktu ngajar ngaji kitab, beliau ngendikan “Gus Wahab iku bakale dadi Lurah”, saya kaget dan alhamdulllah sabda tersebut benar terjadinya, dan pada tahun 2004 saya kembali nyantri ngalap barokah ke pondok pesantren Roudlotul Ma’ruf, Pasuruhan, Jawa timur”, tutur Suami Tuti Noor Khayati, Spd.I .
Masih eksis ngajar Madrasah Diniyyah
Ditengah-tengah kesibukannya memimpin Desa Dersalam sampai saat ini beliau masih aktif dalam mengajar Madrasah diniyyah, mengingat bahwa beliau dibesarkan melalui Madrasah diniyyah. Tahun 2006 mulainya dipercaya untuk mengajar disebuah Madrasah diniyyah di Desa Dersalam yakni Madrasah diniyyah Nurussalam dalam mata pelajaran Tarikh, Al-Qur’an, dan Kaligrafi.
Sebuah prestasi bahwa ia pernah diundang untuk menjadi tutor seminar disalah satu perguruan tinggi islam pada tahun 2014 yang intinya membahas tentang hampir punahnya Madrasah diniyyah di Kabupaten Kudus ini. Kades Dersalam ini juga pernah mengusulkan ke anggota dewan untuk menjadikan nilai akhir Madrasah diniyyah guna melanjutkan kejenjang pendidikan formal tingkat SMP, jadi Madin kesannya tidak dipandang sebelah mata oleg masyarakat.
“Dengan kesibukan saya saat ini insya Allah saya akan tetap meluangkan waktu saya untuk mengajar di Madin, di Madin lah saya merasakan kenikmatan yang luar biasa ilmu-ilmu yang diserap dari pesantren bisa diamalkan para murid, dan sangat disayangkan minat para masyarakat untuk mengenyam dibangku Madin sangat minim. Selama saya menjadi kades saya mengapresiasi kepada Madin dengan menganggarkan APBDES untuk dana oprasional Madin, mungkin di Desa lain belum ada ”, jelas pria yang pernah menjadi marbot Masjid Baiturrohim, Dersalam.
Pernah bertukar album dengan Haddad Alwi dan bermimpi ingin mempunyai Desa seni
Awal karir dimulainya menjadi vocalis rebana dan Qori yang hilir mudik menerima undangan hajatan tanpa mengharapkan imbalan. Sejak duduk dibangku SMP dimana usianya masih 14 tahun namun sudah berani menerima undangan untuk menjadi Qori’ diacara-acara pernikahan, berkat KH.Chamim Peganjaran lah ia bisa mengenal ilmu ngaji lagu. Keuletan serta ketekunannya Gus Wahab sebagai seniman rebana mampu menelurkan 4 album rebana bersama sang legendaris Almarhum Imam Ghozali dan grup rebana Al- Maqhsida Kudus hingga saat ini, yakni Sang Prajurit cinta (pada tahun; 2008), Sebatas Meraih Mimpi (pada tahun; 2012), Aku Padamu (pada tahun; 2013), Nafas-nafas Mutiara (akan segera launcing). Sebagai rasa bangga dan pengalaman yang tidak mungkin dilupakan ia pernah bertukar Album bersama Maestro music religi Indonesia Haddad Alwi pada waktu ia bertemu di Tasikmalaya Jawabarat sekitar tahun 2009. Selain keahliannya dibidang seni tarik suara, ia juga mempunyai keahlian lain seperti membuat hand made kaligrafi, kaos lukis, karikatur dan seni lukis lainnya yang masih ia kerjakan hingga saat ini ditengah-tengah kesibukannya, makanya acap kali ia dijuluki sebagai Kades Santri Multitalent. Impiannya setelah menjadi kades saat ini, ia ingin membuat Desa yang dijadikan kampung seni, setiap rumah menjajakan karya seni.
“Hingga saat ini saya masih mau jika ada undangan dari warga saya untuk mengisi hajatan-hajatan, saya juga berharap semoga mimpi saya dapat terwujud membuat Desa yang dijadikan kampung seni, setiap rumah menjajakan karya seni seperti kebanyakan di daerah Ubud, Bali”, Harapnya.
Berharap menjadikan Dersalam menjadi Barometer pendidikan Kudus
Gus Wahab, merasa senang ketika bisa membuat masyarakatnya terlepas dari problema dan bisa memecahkannya, dan terutama mengedepankan segi kesehatan, kesejahteraan warganya, utamanya pendidikan.
Tak tanggung tanggung ia memperhatikan kesejahteraan warganya, dimana notabene dirinya hingga saat ini kediaman yang ditempatinya masih dipinjami warganya, jadi ia pun ikut merasakan apa yang dirasakan warganya, sehingga ia lebih mengutamakan kesejahteraan bagi warganya.
Saat ini mempunyai gagasan program pendidikan yang belum terealisasi, yakni 1 rumah wajib 1 sarjana, dengan adanya program ini diharapkan Desa Dersalam mampu menjadi barometer pendidikan Kabupaten Kudus. Kades mempunyai gagasan tersebut berkaca pada dirinya dimana pada waktu SMA ia tidak mempunyai sepatu warna hitam, hanya mempunyai sepatu warna biru yang setiap paginya harus ia warnai dengan arang bekas bakaran neneknya, dan juga pada waktu SMA jatuh tempo membayar SPP dan tidak mempunyai uang sepeserpun dan akhirnya meminjam pada seseorang wal hasil dipinjaminya dingan uang recehan, dari hal ini lah ia memikiran mutu pendidikan supaya pendidikan di Dersalam lebih maju dan jangan ada warga yang putus sekolah, dan desa yang wajib memikirkannya.
“Semoga dengan hal ini bapak Bupati khususnya, dapat membaca keinginan saya, yang ingin mengedepankan mutu pendidikan di Desa Dersalam dengan program 1 rumah 1 sarjana, dimana semoga mampu menjadikan Dersalam untuk barometer pendidikan Kudus, bahkan Indonesia, dengan pertimbangan karena desa Dersalam diapit dengan 2 kampus yaitu IAIN Sunan Kudus dan UMK dan semoga dapat dijadikan kerjasama”. Pungkasnya.
Nama : Setya Gunawan Wahib Wahab
Istri: Tuti Noor Khayati, Spd.I .
Anak :
Muhammad Azkal Azkiya Wahhab
Maulida Nafaisad Duror Wahhab
Motto : Saya adalah putra negara, belajar dan mengabdi untuk negara, mempunyai cita-cita tidak ingin mengecewakan warganya. (GP)