Yogyakarta – Pangeran Pati Kanjeng Bendoro Pangeran Haryo (KBPH) Prabu Suryodilogo resmi dinobatkan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Paku Alam X dalam acara jumenengan (pelantikan) di Bangsal Sewatama, Pura Pakualaman, Kamis (7/1) pagi.
Acara tersebut dihadiri sejumlah kalangan, seperti perwakilan kerajaan di Nusantara, Mendikbud Anies Baswedan, Mendagri Tjahyo Kumolo, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menko PMK Puan Maharani, presiden ke lima Megawati, dan Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP beserta istri Hj Siti Atikoh Suprianti.
Prosesi jumenengan berlangsung mulai pukul 09.00 WIB dengan diawali pembacaan ayat suci Al-Quran yang disusul dengan pembacaan pernyataan penobatan oleh Pangeran Sentana Kadipaten Pakualaman KPH Jumartani.
Setelah pernyataan penobatan selesai dibacakan, KGPAA Paku Alam X menempati singgasana dengan dikawal kerabat dalem yang membawa tombak Kanjeng Kyai Buyut dan Kanjeng Kyai Paku Baru.
Puncak prosesi jumenengan ditandai dengan penyematan keris Kanjeng Kyai Buntit yang disematkan sesepuh keluarga Pakualaman di pinggang Paku Alam X serta bros Bintang Sestra Notokusumo sebagai lambang pemangku dan pengayom semua putra, kerabat, abdi dalem, serta sentana dalem Kadipaten Puro Pakualaman.
“Saya berjanji akan menjadi penerus leluhur Mataram sebagai pengemban kebudayaan serta akan bekerja sekuat tenaga memenuhi harapan nusa dan bangsa, warga Yogyakarta, dan keluarga besar Pakualaman,” kata Paku Alam X saat membacakan sabda dalem dalam prosesi jumenengan tersebut.
Setelah pembacaan sabda dalem, acara dilanjutkan dengan pemberian gelar kepada permaisuri dan rayi-rayi dalem. Prosesi jumenengan yang berlangsung sekitar satu jam tersebut ditutup dengan tarian Bedhaya Panji Angranakung yang merupakan ciptaan dari KGPAA Paku Alam II.
Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP saat diwawancarai usai acara mengatakan, prosesi jumenengan Paku Alam X memiliki makna yang dalam serta menunjukkan bukti kekayaan budaya Indonesia yang sangat tinggi.
“Indonesia ki sugih (kaya) akan tradisi budaya, apalagi Yogyakarta dan Solo yang masih menjaga tradisi. Lha nguri-nguri tradisi itu yang bisa tetap menjaga serta membuktikan bahwa budaya kita itu masih berjalan, jadi ada kerajaan dan ada pemerintahan,” katanya.