Kearifan Lokal, Salah Satu Kekayaan Budaya Di Rahtawu

oleh -2,356 kali dibaca

KUDUS,isknews.com – Di daerah sekitar Gunung Muria, salah satunya Desa Rahtawu-Kudus. Kearifan lokal masih berusaha dipertahankan masyarakat disana. Adalah dengan sukuran dan selamatan atau mengkeramatkan suatu tempat seperti punden dan hutan keramat.

Menurut Bukari (53 Tahun), Juru kunci Petilasan Abiyoso, (31/7) yang dihubungi isknews.com,  kepercayaan di Rahtawu, masih sangat dijunjung tinggi. Di Gunung Pojok daerah Wetan Kali dipercaya wargamenjadi hutan yang keramat. Disana ada sebuah batu yang dinamakan warga sebagai Watu Bandot. Batu tersebut seluruhnya dililit oleh akar dari pohon besar yang berada disana. Dan dipercaya di Watu Bendot ada penunggunya yang berupa ular gaib (badan ular-kepala manusia ), penunggu wilayah itu. Warga tidak ada yang berani untuk menebang pohon yang berada disana (hutan), takut terjadi musibah (data; MRC Indonesia, 15 Mei 2012).

Dari hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan, nenek moyang kita mengetahui betul dampak bencana apabila terjadi perambahan hutan dan pengerukan sumberdaya alam secara membabi buta. Makanya leluhur membuat mitos atau mengkeramatkan suatu tempat-tempat yang menjadi pondasi alam, agar terjadi keseimbangan. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan mengacu pada UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, yang tertera dalam pasal 1 ayat 2 yang berbunyi Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Sedangkan sumberdaya alam disebutkan dalam ayat 10 mencakup sumberdaya alam hayati maupun non hayati dan sumberdaya buatan.

Masyarakat tradisional pada umumnya sangat mengenal dengan baik lingkungan di sekitarnya. Mereka hidup dalam berbagai ekosistem alami yang ada di Indonesia, dan telah lama hidup berdampingan dengan alam secara harmonis, sehingga mengenal berbagai cara memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Masyarakat pedusunan memiliki keunikan khusus seperti kesederhanaan, ikatan emosional tingi, kesenian rakyat dan loyalitas pada pimpinan kultural seperti halnya konsep-konsep yang berkembang di pedusunan sebagai seluk beluk masyarakat jawa seperti dikemukakan oleh Nasruddin Anshoriy dan Sudarsono (2008:40-41) akan pemahamannya pada: 1) Gusti Allah, 2) Ingkang Akaryo jagad, 3) Ingkang Murbeng Dumadi, 4) Hyang Suksma Adiluwih, 5) Hyang maha Suci, 6) Sang Hyang Manon, 7) Agama Ageman Aji, dan 8) Kodrat Wiradat.

Semua itu menjadi pedoman bagi orang Jawa dalam berperilaku, sehingga selalu mempertimbangkan pada besarnya Kekuasaan Gusti Allah dan harus menjaga apa saja yang telah diciptakannya. Di samping itu dalam berperilaku orang akan berpedoman pada berbagai macam hal yang pada hakekatnya mempunyai nilai baik dan buruk serta pada kegiatan yang didasarkan pada benar dan salah (DM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :