Kementrian Kebudayaan Akan Gelar Pekan Budaya Nasional Di Semarang

oleh -1,175 kali dibaca

Semarang – Kementerian Kebudayaan akan menggelar pekan budaya nasional di Kota Semarang pada 7-14 Agustus 2015. Selain menampilkan beragam tarian daerah, perhelatan tahunan itu juga menyuguhkan aneka seni tradisional maupun modern, pameran dan sarasehan bertema kebudayaan.

“Kegiatan yang berlangsung selama satu minggu full itu, akan diisi beragam kegiatan terkait budaya daerah dengan melibatkan budayawan, seniman, komunitas adat, komunitas umum, akademisi, dan masyarakat,” kata Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Prof Kacung Marijan PhD saat beraudiensi dengan Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo SH MIP di ruang kerja gubernur, Jumat (23/7).

Dua hari sebelum pembukaan pada 7 Agustus, lanjut dia, sudah ada berbagai kegiatan untuk menyemarakkan acara bertema merajut keberagaman itu. Bahkan pagelaran budaya nusantara tidak hanya di kawasan Simpang Lima dan Lawang Sewu, tapi juga digelar di Kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Diponegoro (Undip), museum, dan beberapa lokasi lain.

Kacung yang sekaligus sebagai panitia pekan budaya itu menyebutkan, para seniman lokal atau asli Jateng, baik seniman tradisional maupun modern, serta kebudayaan kuno hingga kontemporer bakal memeriahkan acara. Antara lain pagelaran wayang kulit, pementasan kelompok musik Congrock asal Solo, Edane, Elpamas, dan kelompok musik ibukota asal Semarang Power Slaves.

“Kami juga menghadirkan komunitas adat salah satunya komunitas Samin. Selain untuk melestarikan budaya daerah, rangkaian kegiatan ini sekaligus akan menjadi paket wisata dan mengembangkan destinasi wisata di Jateng,” imbuhnya.

Sementara itu Gubernur Ganjar Pranowo meminta agar kegiatan yang bertujuan menjaga dan melestarikan seni budaya nusantara tersebut, juga melibatkan komunitas adat, budayawan, dan seniman lokal atau minimal ikut berdiskusi. Seperti kelompok band Power Slaves, pagelaran reog asal Blora, komunitas Lima Gunung, serta komunitas adat Samin.

Untuk melestarikan, mengembangkan, dan menjaga tradisi serta seni budaya, gubernur  berharap adanya balai budaya di tingkat desa. Bangunan dengan desain seperti pos ronda namun ukuran bangunan lebih besar tersebut dapat menjadi sarana berekspresi masyarakat, akulturasi budaya, tempat dialog warga tentang berbagai hal baik menyangkut tradisi, keagamaan, maupun sosial dan budaya.

“Menumbuhkan dan melestarikan budaya harus dengan perjuangan. Sehingga tidak hanya sekadar menonton atau mengadakan seminar. Namun harus dengan bergerak dan beraksi. Salah satunya dengan pertunjukkan budaya, mengembangkan seni tradisi ” katanya.

Menurutnya tidak sedikit seni budaya Jateng bernilai ekonomi. Seperti menciptakan syair dan membuat album lagu dengan iringan musik dan bahasa khas pesisir pantura, film pendek atau dokumenter, dan produk seni budaya lainnya.

KOMENTAR SEDULUR ISK :