Kudus, isknews.com – Kekayaan budaya di Kawasan Muria menjadi topik menarik yang terus diperbincangkan. Sebagai warisan lokal yang bernilai tinggi, kebudayaan Muria membutuhkan perhatian khusus, terutama dari generasi muda untuk terus dilestarikan.
Hal tersebut mengemuka dalam acara Diseminasi Kebudayaan yang digelar di Kedai Joglo Maqha, Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Selasa (19/11/2024) sore.
Acara ini menghadirkan sejumlah narasumber, yakni pegiat budaya Kampung Budaya Piji Wetan (KBPW) Muchammad Zaini, Dalang Muda Kudus Bayu Jozz, dan Ketua PC PMII Kudus, Medan Wijaya.
Dengan tema “Budaya dalam Genggaman, Gerakan Mahasiswa untuk Warisan Lokal Berkelanjutan”, diskusi ini menjadi bagian dari rangkaian diseminasi kebudayaan ketiga yang diadakan oleh KBPW.
Koordinator KBPW, Muchammad Zaini, menegaskan bahwa kebudayaan tidak seharusnya menjadi komoditas semata. Menurut pria yang akrab disapa Jessy Segitiga ini, kebudayaan lokal bisa menjadi benteng menghadapi arus negatif budaya luar.
“Setiap individu harus menjadi lilin di tempatnya masing-masing, tidak mudah disetir, dan mampu memaksimalkan potensinya di berbagai bidang,” ujarnya. Jessy juga mendorong gerakan mahasiswa untuk mengaktifkan peran budaya sebagai solusi atas permasalahan di masyarakat.
Dalang Muda Kudus, Bayu Jozz, turut menyoroti pentingnya mahasiswa untuk terlibat dalam pelestarian budaya. Menurutnya, banyak anak muda yang kehilangan arah akibat minimnya ketertarikan terhadap seni tradisional seperti wayang.
“Saya prihatin dengan perilaku remaja yang salah arah, seperti balap liar atau kenakalan lainnya. Padahal, Kudus kaya akan budaya yang bisa dikemas menarik untuk generasi muda,” kata Bayu.
Ketua PC PMII Kudus, Medan Wijaya, menambahkan bahwa diseminasi kebudayaan ini merupakan langkah awal untuk menumbuhkan kesadaran mahasiswa terhadap nilai-nilai budaya lokal.
“Mahasiswa perlu mengenal budaya sebagai elemen dasar dalam bersosialisasi dan berperilaku, sehingga mereka dapat melestarikan nilai-nilai kearifan lokal di tengah masyarakat,” tuturnya.
Acara ini diharapkan menjadi pemantik bagi generasi muda, khususnya mahasiswa, untuk lebih peduli terhadap budaya lokal dan menjadikannya sebagai panduan dalam menghadapi tantangan kehidupan modern. (AS/YM)