Minimnya Pengarsipan Karya Sastra dan Pertunjukan Jadi Sorotan di Bincang Skena Sastra Kudus

oleh -426 kali dibaca
Foto: Dok. ist

Kudus, isknews.com– Minimnya pengarsipan karya sastra dan pertunjukan menjadi perhatian bersama bagi seniman di Kudus. Hal tersebut menjadi alasan utama digelarnya acara Bincang Skena Sastra oleh Kampung Budaya Piji Wetan (KBPW) di Panggung Ngepringan, Piji Wetan, Dawe, Kudus, pada Senin (28/10/2024) malam. Acara ini mempertemukan seniman lokal dan lintas kabupaten untuk membahas pentingnya kearsipan budaya.

Koordinator KBPW, Muchammad Zaini, menyatakan bahwa pengarsipan dan kritik sastra di Kudus masih sangat kurang. Menurutnya, pertunjukan yang sudah banyak digelar di Kudus tidak cukup diikuti dengan diskusi tentang kritik dan dokumentasi. “Membangun Kudus tanpa teks dan pengarsipan itu sia-sia. Pertunjukan sudah banyak, tapi obrolan soal kritik dan arsip justru kurang,” ujarnya.

Zaini, yang akrab disapa Jessy Segitiga, mengungkapkan bahwa zine bisa menjadi media alternatif dalam pengarsipan. “Tidak harus melalui komunitas tertentu, semua bisa punya cara masing-masing dalam mengarsipkan,” tambahnya. Ia berharap acara ini mampu menggerakkan komunitas di Kawasan Muria, khususnya Kudus, untuk bersama-sama menarasikan pentingnya kearsipan demi kemajuan budaya dan pengelolaan kota.

Senada dengan itu, Ketua Panitia Imam Khanafi menekankan pentingnya pengarsipan karya sastra dan pertunjukan sebagai upaya untuk mengabadikan kenangan sekaligus memunculkan dialektika baru. “Arsip bisa menjadi media untuk mengingat dan mengkritisi, serta membangun wacana baru setelah pertunjukan,” jelasnya.

Pada acara ini, penyair muda Afif Khoiruddin Sanjaya dari komunitas Tikus Putih berbagi pengalamannya mengarsipkan karya melalui media sosial dan zine kolektif. Baginya, pengarsipan seni pertunjukan tidak terlepas dari kenangan dan pengalaman yang pernah dilalui. “Dari kritik dan pengarsipan, kita bisa memperbaiki pertunjukan selanjutnya,” tuturnya.

Bincang Skena Sastra juga dihadiri seniman dari Jepara, Kudus, dan Pati. Siwi Agustina, Ketua Teater Minatani dari Pati, menyebut pengarsipan di daerahnya masih kurang. Ia berharap acara ini dapat membuka jalan agar teater tidak hanya dipandang sebagai seni eksklusif. Sementara itu, Linda Natalia dari Kolektif Jaladara Jepara mendorong para pegiat seni untuk mulai mengarsipkan kegiatan mereka, yang dapat memberikan manfaat di masa depan.

Selain diskusi, acara ini dimeriahkan dengan pertunjukan puisi, musik, dan pentas teatrikal dari Pimpimpo x Heymbun, yang turut menambah semarak Bincang Skena Sastra 2024. (AS/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :