Kudus, isknews.com – Pengolahan tahu akan menghasilkan buangan atau sisa pengolahan yang berupa limbah. Limbah tahu menghasilkan dua jenis limbah yakni limbah padat yang berupa kotoran hasil pencucian kedelai dan ampas tahu. Sedangkan limbah cair yang dominan terbuang berasal dari proses produksi tahu seperti pembersihan kedelai, peralatan, perendaman, dan pencetakan tahu yang apabila dibuang langsung tanpa penanganan yang baik akan menghasilkan bau yang busuk dan mencemari lingkungan, Jum’at (19/07/2024).
Salah satu aliran sungai yang tercemar akibat limbah tahu yang dibuang sembarangan ini berada di RT 1 / RW 2 Dukuh Ngemplik, Desa Bacin, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus. Menurut Dinda warga yang tinggal dipinggir aliran sungai sekitar tahun 2020 sungai mulai tercemar. Banyak warga yang berkeluh kesah dengan aliran sungai yang tercemar terutama yang tinggal di pinggiran sungai mereka sangat dirugikan.
“Saya sebagai masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai merasa sangat dirugikan sekali, semenjak dibangunnya pabrik tahu sungai mulai tercemar akibat dari pemilik tahu yang membuang limbah pabrik ke aliran sungai ini. Sehingga saya mengalami kerugian seperti bau sungai yang tidak sedap, kekurangan air bersih karena limbah yang ada di sungai secara tidak langsung mengalir ke sumur saya hingga air di sumur saya berbau tidak sedap dan keruh. Selain itu, banyak nyamuk dan lalat yang bertebangan,” tuturnya.
Sebagai warga yang tinggal di pinggiran sungai tentu tidak diam saja terhadap sungai ini. Dinda mengungkapkan, “Dari beberapa masyarakat sudah melaporkan ke pihak desa namun, sampai sekarang belum ada tindak lanjutnya”. Selain itu, wanita 21 tahun itu juga mengatakan, “Dari warga yang tinggal di pinggiran sungai sudah ada tindakan tersendiri, setiap dua minggu sekali warga yang tinggal di pinggiran sungai mengadakan gotong royong untuk membersihkan sungai”.
Sebagai warga yang terdampak, Dinda memiliki harapan, “Harapan saya kedepannya agar ada tindak lanjut terkait sungai tercemar ini karena saya pribadi sangat mengalami kerugian”.
Tak hanya Dinda yang merasa dirugikan akibat limbah tahu ini, Sari yang juga tinggal di pinggir sungai ini juga merasakan hal yang serupa.
“Saya merasa sedih dan dirugikan sekali, yang awalnya sungai bersih dan tidak berbau sekarang sungai mulai kotor dan menimbulkan bau yang tidak sedap,” keluhnya.
Sebagai warga yang tinggal di dekat sungai yang tercemar ini, Sari juga memiliki harapan kepada pihak desa, “Saya berharap ada solusi terkait sungai tercemar ini dari pihak desa, dan berharap pemilik pabrik tahu tidak membuang limbahnya di sungai lagi”.
“Saya mengajak warga setempat selalu membersihkan sungai bersama-sama, dan mengajak warga untuk tidak membuang sampah disungai,” ujarnya. (Diadora)