Kudus, isknews.com – Wakil Ketua DPP PAN, Nasrullah mengatakan, pada usia yang ke 25 tahun ini, diharapkan mampu memberikan sprit kader PAN untuk membawa nilai demokrasi dan peradaban yang menjunjung tinggi nilai Akhlakul Karimah.
Menurutnya PAN sebentar lagi akan masuk di fase perubahan. Fase yang menentukan arah kedepannya PAN bisa menentukan kebijakan atau malah berada pinggir. Jadi yang menentukan kedepannya ialah kader yang berada di bawah.
“Untuk itulah ranting PAN sebagai ujung tombak mesin partai harus diperkuat dan diperhatikan. Terlebih untuk pengurusnya jangan minder. Ranting ini harus dirawat karena memiliki peran penting,” tutur Nasrullah usai memberikan Tausiyah politik pada malam tasyakuran Milad PAN ke 25 di aula DPD PAN Kudus, Jumat (25/08/2023).
Menurut mantan anggota DPR pada periode 2009 – 2014 yang kini juga kembali mengikuti kontestasi pemilu legislatif di Dapil Jateng 2 Kudus, Demak dan Jepara mengatakan, pihaknya perlu juga membedah langkah politik kedepannya apalagi pemilu tinggal 4 bulan lagi. Tren kedepan peta politik kita akan semakin konservatif apalagi PAN di wilayah Jawa Tengah ingin mengembalikan perolehan kursi DPR RI minimal menyamai perolehan Pemilu 2014.
“Sejak Pemilu 1999 – 2014, PAN selalu meraih delapan kursi DPR RI dari sepuluh dapil di Jawa Tengah. Sementara pada Pileg 2019 lalu, PAN tak meraih satu kursi pun di wilayah Jateng. Tentu ini menjadi fokus internal partai. Target kami pada Pileg mendatang Jawa Tengah mampu mengirimkan delapan kadernya ke kursi DPR RI,” katanya.
Target ini, kata Nasrullah, tentunya harus dibarengi kerja keras seluruh kader baik di tingkat pusat hingga daerah. Ia mencontohkan, DPD PAN Kudus juga menargetkan memiliki minimal empat wakil di DPRD Kudus agar bisa membentuk fraksi sendiri.
Disinggung soal tren pragmatisme yang terjadi pada setiap pemilihan umum di Indonesia serta terus menurunnya partisipasi politik oleh publik.
Ia mengakui bahwa memang hasil survei Undip pada Pemilu lalu, terungkap bahwa wilayah Pantura Timur Jawa Tengah menjadi sorotan karena berdasarkan hasil survei tersebut, angka pragmatisme yakni politik uang tercatat paling tinggi.
“Pragmatisme tak hanya pada PAN saja, semua partai menganggap pragmatisme sebagai bagian dari bentuk perhatian para kandidat dalam kontestasi politik. Tentu bukan salah masyarakat maupun Parpol.
” Parpol berupaya baik, turun ke bawah ketemu masyarakat yang pragmatis. Parpol kemudian mengikuti kehendak masyarakat. Bukan jual beli suara, tetapi lebih pada upaya membantu masyarakat untuk menguatkan kita. Jika masyarakat butuh, tidak mungkin kita diam saja,” katanya.
Nasrullah mengatakan, tentu menjadi tugas Parpol untuk menekan angka pragmatisme, jika wakil rakyat mampu berkomunikasi baik dengan masyarakat.
“Nantinya pragmatism politik juga akan berkurang,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris DPD PAN Kudus, Rochim Sutopo menyampaikan, kegiatan yang bertepatan dengan momen kemerdekaan ini merupakan instruksi dari pusat agar mesin politik harus mulai digerakkan.
“Digelarnya acara ini sebagai ajang silahturahmi dan mengakrabkan kepada 45 caleg di Kudus. Kemudian ditambah memberikan pendidikan politik bagi mereka,” tandasnya.
Diharapkan ranting PAN nantinya akan mengawal suara hingga tingkat bawah. Sebab, ia menyakini PAN memiliki ranting dan kader yang solid.
“Kemudian setelah ini, ada acara puncak pada 28-30 Agustus 2023 di Jakarta. Acara itu berupa resepsi kenegaraan bersama kader PAN di Indonesia,” bebernya.
Nantinya, untuk Kudus sendiri akan memberangkatkan 3 anggota dewan Fraksi PAN Kudus. (YM/YM)