Kudus, isknews.com – Para petani di lereng Muria, Kabupaten Kudus, mulai merasakan panen perdana tembakau jenis Srumpung. Meski hasil panen cukup menjanjikan, mereka mengaku kesulitan memasarkan hasilnya lantaran belum ada pengepul yang berani membeli dengan harga sepadan.
Tahun ini, uji coba budidaya tembakau Srumpung dilakukan di lahan demplot yang tersebar di Desa Menawan Kecamatan Gebog. Salah satunya Kelompok Tani Mekar Melati Desa Menawan yang menggarap 2 hektare lahan dan sudah memetik daun tembakau sejak 10 hari terakhir.
Lahan demplot merupakan lahan percontohan yang digunakan sebagai metode penyuluhan pertanian untuk memperkenalkan teknik, teknologi, atau varietas pertanian baru secara langsung kepada petani
Ketua Kelompok Tani Mekar Melati, Susanto, menyebut ini kali pertama petani di desanya menanam tembakau. “Kami baru menjajal tahun ini. Tanamannya cukup bagus, tapi tantangan terbesarnya ada di pemasaran. Sampai sekarang belum ada pihak yang memastikan mau membeli,” ujarnya, Senin (15/9/2025).
Hal senada disampaikan Subardi (50), petani dari Dukuh Krajan Desa Menawan. Ia mengaku harga jual daun tembakau basah sangat rendah, hanya Rp2.000–Rp3.000 per kilogram. Karena itu, sebagian hasil panennya diolah lebih dulu menjadi tembakau kering. “Kalau dijual basah rugi, jadi lebih baik saya simpan dulu dalam bentuk kering,” ungkapnya.
Menurut Subardi, panen tembakau dilakukan bertahap mulai dari daun terbawah hingga ke pucuk. Kualitas daun pun terbagi dalam beberapa grade, dari krosok di bagian bawah hingga premium dan super premium di bagian tengah. Namun, ia menegaskan semua jerih payah perawatan akan sia-sia bila harga jual tetap rendah.
Para petani berharap pemerintah bisa turun tangan membantu mencarikan solusi pemasaran. “Kami hanya ingin hasil panen dihargai layak. Kalau ada jaminan pembeli, petani tentu akan lebih bersemangat melanjutkan budidaya tembakau di Kudus,” kata Subardi. (AS/YM)







