Kudus, isknews.com – Dinas pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus memantau efektifitas penggunaan teknologi rice transplanter dalam system penanaman padi di wilayah persawahan padi di Kudus. Pelaksanaan pemantauan ujicoba penggunaan alat tersebut telah dilaksanakan di area Persawahan Blok Krajan, Desa Karangrowo, Undaan, Kudus
Menurut Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Undaan, M Ali Hamidy, susahnya mencari tenaga buruh di sektor pertanian ini menjadi salah satu penyebab beralihnya penggunaan mesin penanam padi konvensional, disamping juga efektifitas waktu dan efisiensi beaya.
“Kami memang melakukan sosialisasi dan memantau pemanfaatan teknologi pembantu pertanian kepada 16 Gapoktan di Kecamatan Undaan. Alhamdulillah para petani merespon. Hal ini juga untuk mengatasi permasalahan SDM, karena kabarnya untuk mendapatkan tenaga penggarap sawah, kini susah dan harus mengantre. Sehingga perlu bantuan alat,” ujar Ali yang ditemui di kantor BPP Undaan, Selasa (27/09/2022).
Diterangkannya, mesin tanam padi otomatis atau rice transplanter menjadi alternatif teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi tertundanya waktu tanam serempak karena hanya mengandalkan tenaga kerja manusia dalam proses penanamannya. Rice transplanter merupakan alat penanam bibit padi dengan jumlah, kedalaman, jarak dan kondisi penanaman yang dapat diseragamkan.
“Di Kecamatan Undaan, ada sekira 14 ribu petani yang tersebar di 16 desa di Kecamatan Undaan. Sementara luas lahan pertaniannya mencakup 5.800 hektare. Kami mendorong para petani untuk bisa memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu pertanian,” kata pria yang tahun ini meraih penghargaan sebagai Penyuluh Pertanian ASN Teladan Nasional dari Kementerian Pertanian RI.
Pemantauan dia lakukan di sebuah area Blok persawahan Dusun Krajan, Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, dengan mulai menjajal teknologi rice transplanter atau mesin penanam padi.
“Penggunaan mesin penanam padi ini baru pertama kali diperkenalkan di Desa Karangrowo. Area persawahannya luas sekitar 900 hektar,” kata dia.
Diterangkannya, Penyedia alat ini merupakan perusahaan swasta yang memang mengkonsentrasikan dirinya pada jasa pengolahan lahan dibidang pertanian
“Tahap pertama, ketua gabungan kelompok tani (gapoktan) setempat mengawalinya dengan uji coba alat bantu pertanian di atas lahan seluas 6 hektare dan rencananya bakal diikuti petani lainnya.,” tutur dia.
Hal ini dilakukan oleh petani Karangrowo karena merasa kesulitan dalam mendapatkan SDM di bidang pertanian, bahkan harus mengantre hingga berminggu-minggu.
Sementara petani harus berkejar dengan waktu tanam agar bisa panen maksimal setiap tahunnya.
Ali menyebut, keunggulan mesin ini bisa mempercepat proses penanaman dan dari segi efisiensi waktu karena bibit yang ditanam dengan menggunakan mesin harus berusia lebih muda sekira 6 hari dari usia bibit pada umumnya.
“Dari pantauan kami, menanam padi menggunakan alat bantu tanam bisa menghemat tenaga, waktu, dan biaya produksi hingga 15 persen. Misalnya, pada umumnya membutuhkan 5 tenaga, cukup dilakukan 2 orang saja. Alat tersebut bisa mendukung efisiensi waktu, dalam sehari bisa menanam di atas lahan 1 hektare, biaya produksi juga bisa ditekan.Yang jelas, sebagai solusi atas sulitnya tenaga di bidang pertanian,” ujarnya.
Dirincinya, petani hanya butuh merencanakannya secara baik, minimal sebulan sebelum masa tanam tiba, untuk mempersiapkan segala sesuatunya.
Mulai dari persiapan bibit padi hingga persiapan lahan bercocok tanam.
“Harapan kami, mesin ini bisa dipakai lebih luas untuk memodernisasi pertanian dan meningkatkan produktivitas hasil pertanian,” harapnya.
Pihaknya juga mulai mengenalkan drone pertanian sebagai alat bantu penyemprotan dekomposer untuk penggemburan tanah dan cairan pestisida, optimalisasi traktor dan alat bantu pemanen padi agar pekerjaan petani lebih ringan dan efisien.
“Kami harap, ke depan pertanian di Kabupaten Kudus lebih modern dengan mamaksimalkan mekanisasi,” harapnya. (YM/YM)