KUDUS, isknews.com – (21/02) Ratusan warga dari delapan desa, di dua kecamatan, Kabupaten Kudus, melakukan aksi menuntut normalisasi Sungai Serang Wulan Drainase (SWD)-1. Aksi berlangsung simpatik, ratusan warga yang sudah datang ke tempat berkumpul, sejak jam 07:00, di Spillway (pintu sudetan) Sungai SWD-1, di Dukuh Goleng, Desa Pasuruhan Lor, secara gotong-royong bekerja bakti meninggikan tanggul sisi kiri Sungai SWD-1, dengan karung plastik yang diisi tanah yang didapat dari sawah setempat.
Semakin siang, warga masyarakat yang datang ke lokasi, semakin banyak, semuanya menggunakan sepeda motor yang diparkir berderet-deret, di atas tanggul yang membatasi Sungai Lusi/Wulan. Selain membawa karung plastik, mereka juga membawa bekal air dalam kemasan, roti dan jajan pasar.
Tepat di atas tanggul Spillway, dipasang sebuah spanduk berukuran besar, bertuliskan ;,”Yth Bapak Gubernur H Ganjar Pranowo, tolong normalisasi SWD-1 direalisasi segera! Kami menderita, pak”
Biang Banjir
Menurut Sutiyono Rachmat, Warga Goleng, Desa Pasuruhan Lor, yang ikut dalam aksi tersebut, menerangkan, jumlah warga yang mencapai sekitar 300 orang lebih itu, berasal dari delapan desa, yakni Desa Pasuruhan Lor dan Pasuruhan Kidul, Kecamatan Kaliwungu, Desa Setrokalangan, Prambatan Kidul, Banget, Garung Kidul, Kedungdowo dan Desa Blimbing, Kecamatan Kaliwungu.
Adapun peninggian tanggul hingga ketinggian 1,5 – 2 meter, sepanjang 500 meter lebih itu, dimaksudkan untuk menahan atau mengurangi luapan Sungai Lusi, ke aliran Sungai SWD-1. Sebagai akibat muntahan sungai besar itulah, menyebabkan timbulnya bencana banjir oleh Sungai SWD-1, yang selain menggenangi pemukiman warga, juga ribuan hektar areal persawahan di delapan desa di atas. “Sudah puluhan tahun, Sungai SWD-1 menjadi biang banjir, yang menyebabkan petani menderita.”
Dia mengungkapkan, Sungai SWD-1 yang dibuat untuk mengurangi debit air Sungai Lusi, sepanjang sekitar 25 kilometer, dari Spillway di Goleng, hingga muaranya di Desa Ujung Pandang, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara, dibangun pada 1984 dan sejak itu pula belum pernah dinormalisasi. Sungai tersebut, lebar normal atau aslinya, 16 meter dengan kedalaman 4 meter. Sekarang ini kondisinya, sebagai akibat terjadi pelumpuran di kedua sisi sungai dan pendangkalan selama bertahun-tahun, lebar sungai, terutama di bagian hilir, hanya tinggal sekitar 8 – 10 meter, dengan kedalaman rata-rata 1 meter.
Kalau kondisi seperti itu dibiarkan terus-menerus, Sungai SWD-1 itu akan semakin parah, sehingga masyarakat juga yang menderita. “Karena itulah, kami masyarakat dari delapan desa, menuntut agar Sungai SWD-1 ini dinormalisasi, dan pada 2016 bisa direalisasi,” tegas Sutiyono, selaku juru bicara warga. (DM)