Sambut HUT RI, RKBB Rejosari Gelar Budaya “Ngangsu Banyu”

oleh -725 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Gelar Budaya “Ngangsu Banyu” yang rutin tiap tahun diadakan oleh Rumah Khalwat & Balai Budaya Rejosari (RKBBR), akan kembali dilaksanakan. Sembari turut menyemarakkan peringatan HUT ke-78 Republik Indonesia, Gelar Budaya “Ngangsu Banyu” akan dihelat mulai Jum’at (18/8) hingga Minggu (20/8).

Apa itu “Ngangsu Banyu” dan seberapa pentingkah?

Gelar Budaya “Ngangsu Banyu” menjadi peristiwa introspektif untuk kembali memaknai kehadiran air dalam kehidupan kita sehari-hari. Para warga Rejosari pada jaman dulu, mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari di rumah dengan “ngangsu” (mengambil air) ke sumber-sumber mata air atau sendang yang ada di sekitarnya. Biasanya yang mengambil air atau ngangsu tersebut dilakukan oleh para ibu, sementara bapak-bapak mencari kayu bakar di hutan.

Demikianlah para warga mengolah kehidupan bersama lingkungannya. Mereka berangkat dari rumah bersama, dan kembali ke rumah bersama. Ibu membawa jun atau kendi, dan suaminya menggotong kayu. Mereka hidup berdampingan dengan alam dan menyadari bahwa antara mereka saling membutuhkan; manusia dan lingkungannya.

Apa yang didapatkan oleh orangtua yang kemudian dibawa ke rumah, kemudian dinikmati bersama oleh seluruh keluarga. Dari sana kemudian kita melihat bagaimana kehidupan rukun dan damai sebuah keluarga tercipta dan dipelihara keutuhannya dari waktu ke waktu, dalam ikatan kasih sayang sebagai satu saudara.

Ngangsu Air Kehidupan
Ada beberapa peristiwa indah manakala kita menelisik kembali aktivitas “ngangsu banyu” yang terjadi di masyarakat waktu itu. Dan inilah kiranya yang kemudian kita tarik ke dalam peristiwa instrospektif gelar budaya “Ngangsu Banyu”.

Keluarga-keluarga yang hidup dalam kepenuhan cinta kasih, biasanya adalah keluarga-keluarga yang selalu haus untuk mendapatkan nilai dan keutamaan dalam hidup mereka. Keluarga-keluarga inilah yang selalu melakukan pencarian akan “air kehidupan”. Karena dengan demikian, keluarga-keluarga selalu disegarkan, ditumbuhkembangkan dan terpelihara dalam kedamaian keluarga.

Dimana keluarga itu mencari dan menemukan air kehidupan? Seperti halnya para ibu dalam ngangsu banyu di Rejosari dulu, Mereka mencari dan mendapatkannya di terdapat sumber mata air. Tentu bahwa sumber tempat keluarga mencari dan mendapatkan kesegaran, kedamaian dan keselamatan, tidak lain adalah kembali kepada Sang Sumber Hidup itu sendiri.

Peristiwa introspektif selanjutnya adalah air sebagai media penyembuh. Setelah kita mengalami “pagebluk” panjang yang bernama Pandemi Covid-19, berangsur-angsur hari ini kita pulih. Masuk dalam kehidupan normal sehari-hari sebagaimana sediakala.

Sebagaimana kita alami bersama, kita kemudian melewati masa dimana kita semua harus divaksin. Di sana, air menjadi media untuk “membawa” vaksin ke dalam tubuh kita, menjadikan kita memiliki imunitas akan virus. Air di sini seperti keledai (kuldi) yang membawa “pahlawannya” menyelamatkan hidup kita. Kita menerima air di dalam kehidupan kita untuk melanjutkan hidup kita dengan lebih perkasa, lebih kuat.

Pada gilirannya air yang telah ada di dalam rumah, yang telah dibawa dengan susah-payah, akan dinikmati bersama untuk seluruh anggota keluarga. Bahkan kita berani mengatakan, akan mati sia-sia, siapapun yang merasa tidak membutuhkan air. Kita semua membutuhkannya. Maka dengan kesadaran itu juga kita harus menjaganya, memeliharanya, agar kehidupan terus berlangsung dan semakin baik dari hari ke hari.

Kita semua, juga merupakan satu keluarga sebagai Indonesia. Maka kita semua membutuhkan mata air kehidupan yang membawa setiap manusia Indonesia hidup dalam damai, sekaligus dengan bersama-sama bergerak membangun Indonesia agar rumah besar kita ini senantiasa hidup dan bertumbuh semakin maju.

Kebudayaan sebagai akar kuat kebangsaan kita selama ini, sudah selayaknya untuk selalu dipelihara dan dihidupi dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan meniscayakan perjumpaan antar anak-anak bangsa dalam persaudaraan dan persatuan, tanpa mempersoalkan perbedaan suku, agama, ras maupun golongan. Semua adalah anak-anak bangsa, dan semua memiliki kewajiban sama untuk membangun bangsa dalam peri-kehidupan yang damai.

Kebudayaan selalu memihak kepada marwah kemanusiaan dimana pembelaan terhadap nilai dan martabat manusia selalu digaungkan. Oleh karena itu, kebudayaan telah secara langsung maupun tidak, membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tidak hanya besar, namun juga bermartabat. Mengutamakan dialog dan membuka pintu-pintu rekonsiliasi, serta menghargai pluralitas merupakan soko guru kebudayaan yang kokoh menjaga keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

Perayaan Kegembiraan
Dalam tiga hari bertururt-turut berbagai acara digelar. Salah satunya adalah Pasar Jajan Tradisional “Sorpring” atau di kebun bambu. Pasar ini segaja kita adakan sebagai kampanye jajanan tradisional yang beberapa di antaranya sudah mulai jarang kita jumpai saat ini. Pasar ini juga kita harapkan akan menjadi daya tarik bagi anak-anak muda supaya semakin mengerti dan mencintai kuliner khas masyarakat kita. Pasar Jajan Tradisional  ini rencananya akan dibuka oleh Ibu Mawar Hartopo, pada Sabtu (19/8) di pekarangan bambu di kompleks RKBBR, sekitar pukul 08.00 WIB. Untuk anak-anak juga akan disediakan beberpa Dolanan Tradisional, dimana mereka bisa memanfaatkannya untuk bermain. Anak-anak yang punya hobi melukis, disediakan juga kanvas dan perlengkapan melukis. Langsung melukis di tempat, merespon aktiviats yang berlangsung di sekitarnya.

Gelar Budaya “Ngangsu Banyu” yang diselenggarakan pada gilirannya adalah sebuah kegiatan perayaan kegembiraan atas semua karunia yang diberikan Tuhan YME kepada seluruh masyarakat Indonesia. Kami mengajak dan mengundang warga masyarakat dimanapun berada untuk datang ke RKBBR. Mari kita bertemu dan berinteraksi dalam suasana gembira, saiyeg saeka praya membangun negeri tercinta.

Rangkaian Gelar Budaya “Ngangsu Banyu”
Gelar Budaya “Ngangsu Banyu” akan berlangsung selama 3 hari, sejak 18 Agustus hingga 20 Agustus 2023, yang kesemuanya diadakan di kompleks RKBBR (Rumah Khalwat & Balai Budaya Rejosari), Dawe, Kudus.

Berikut rangkaian acara Gelar Budaya “Ngangsu Banyu”, 18-20 Agustus 2023:

JUM’AT, 18 AGUSTUS 2023
Mulai pukul: 19.00 WIB
Pembukaan Pameran
Pameran Lukisan
Pameran Batik
Pameran Produk-produk RKBBR
Ruwat & Macapatan oleh Paguyuban Sitoresmi

SABTU, 19 AGUSTUS 2023
Mulai pukul: 08.00 WIB
Festival Jajan Pasar “Sorpring”
Dibuka oleh Ibu Mawar Hartopo
Melukis untuk Anak-anak
Dolanan Tradisional

Pentas Seni
Mulai pukul: 19.00 WIB
Menampilkan pertunjukan:
Teater OMK – Juwana
Kelompok Musik “Berswara” – Kudus
Kelompok Musik “FLAcoustic” – Unika Semarang
Kelompok Musik “Paradoks” – Kendal
Musik Romo Ipeng Cs
Kroncong “Waton Kelakon” – Kudus
Monolog – Kudus
Pembacaan Puisi Lereng Muria:
Arif Khilwa
Aloeth Pathi
Asyari Muhammad

MINGGU, 20 AGUSTUS 2023
Mulai pukul: 08.00 WIB
Upacara Kebudayaan
Proses Ngangsu Banyu
Liong – SMP Kanisius Kudus
Dialog Kebangsaan
Bersama: Inayah Wahid dan Romo Lukas Heri Purnawan, MSF
Doa untuk Bangsa oleh Para Pemuka Agama
Flashmob Tari Lajur Caping Kalo

Yuk, saiyeg saeka praya membangun Indonesia. Merdeka!! Terimakasih. (*)

KOMENTAR SEDULUR ISK :