Kudus, isknews.com – Warung Sedekah atau warung yang membagikan nasi bungkus yang kadang juga beserta minumannya yang selama ini dikelola oleh Bosnia Sasmito (57) pria warga Desa Payaman, Mejobo Kudus, tak terasa sudah menginjak usia 8 tahun berbakti sosial kepada warga fakir miskin, duafa dan para musafir yang melintas di warungnya.
Tak seperti warung-warung pembagi nasi gratis lainnya, warung yang sempat diduga tak akan bertahan lama karena dibagikan secara cuma-cuma itu ternyata hingga kini masih tetap konsisten berbagi kepada warga, bahkan tak hanya di Bulan Ramadan saja.
Sempat berpindah-pindah di beberapa lokasi, namun di Bulan Ramadan tahun ini Warung Sedekah yang dikelola oleh Bosnia dan isterinya ini bisa kita temui tepat di sisi selatan Alun-alun Kudus yakni di Jalan Ahmad Yani sebelum gang 1 itu setiap hari Kamis dan Minggu pada sekitar pukul 17.00 jelang berbuka puasa.
“Iya kami sempat dianggap hanya angin-anginan melakukan kegiatan ini, tapi Alhamdulillah hingga kini kami masih bertahan, bahkan jumlah donaturnya pun makin bertambah,” terang Bosnia.
Bosnia Sasmito mengaku telah melakukan kegiatan sosial ini sejak 7 Januari 2016 silam dengan misi berbagi kepada yang memerlukan. Diakuinya sebagian modal kegiatan sosial ini adalah dari sumbangan rutin para donatur, ada yang berupa nasi bungkus dan kelengkapannya namun juga ada yang berupa uang.
“Salah satu donatur tetap kami sejak awal kami dirikan ini diantaranya adalah bapak Samani Intakhoris yang saat itu masih sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kudus dan masih hingga sekarang sudah jadi Sekda,” ujar pria bernama asli Sasmito ini, Kamis (30/03/2023).
Diceritakan olehnya bahwa. ide pendirian warung sedekah bukan datang dari dia. Warung ini justru muncul di dalam mimpi rekan kerjanya saat masih bekerja di salah satu dinas di Kudus. Hingga kini warung sedekah menjadi tanggungjawab untuk terus dikelola.
“Pertama kali ide warung sedah berangkat dari sholat tahajud teman, sekaligus ia yang memodali. Jadi hingga saat ini warung ini tetap kokoh sampai sekarang,” ujarnya.
Keberadaan warung, kata Bosnia tidak hanya didirikan pada bulan ramadan saja. Di hari biasa Bosnia juga mendirikan tenda di tempat yang sama dan membagikan nasi secara percuma kepada mereka yang datang.
Meski di tenda bertulis untuk Fakir, Miskin dan Duafa, Bosnia mengatakan siapa saja boleh datang. Menurut Bosnia caranya berbagi ini sesuai dalil yang ia yakini di dalam al-Quran, bahwa siapa saja yang meminta boleh mendapatkannya.
“Cuma kadang orang yang datang bukan dari golongan yang ada di spanduk, tapi tetap saya kasih, karena dasar saya di Al-Baqarah ayat 177,” katanya.
Kata Bosnia, Warung Sedekah menyiapkan minimal 350 porsi makan untuk mereka. Makanan yang disediakan terdiri dari empat elemen, yakni karbohidrat, protein, vitamin dan air.
“Artinya ada Nasi, telur, sayur. Sedangkan untuk airnya ada air putih dan ada air manis,” ujarnya.
Warung sedekah, lanjut Bosnia akan terus di dirikan. Namun saat bulan ramadhan ini dirinya akan mendirikan pada hari Kamis dan Minggu di tempat yang sama.
“Dari delapan tahun di sini, kecuali pas virus corona saya pindah di depan salah satu klinik kesehatan. Sebab di sana ada protokol kesehatan, istilah ikut nebeng,” ucapnya.
Kebahagiaan juga terpancar di wajah Santi Wilujeng (50). Ia mengatakan senang dengan keberadaan warung barokah yang didirikan oleh Bosnia. Nantinya nasi yang ia ambil akan dinikmati bersama keluarga di rumah.
“Alhamdulillah saya senang sekali, bisa buat berbuka di rumah. Semoga barokah dan terus ada,” katanya. (YM/YM)