Tim PKM-PM Universitas Muria Kudus Lolos Pendanaan dan Lakukan Bakti Pada Negeri di SLB Negeri Cendono Kudus

oleh -433 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Program Kreativitas Mahasiswa merupakan salah satu program Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang terbagi menjadi 5 bidang yaitu PKM-K, PKM-KC, PKM-PM, PKM-P, dan PKM-T. Kampus yang dapat mengikuti program ini adalah kampus yang mengikuti kurikulum Merdeka Belajar yang dinaungi oleh Kemdikbudristek. Salah satunya adalah Universitas Muria Kudus (UMK).

Pada 16 Juni 2023 UMK dinyatakan lolos 58 judul proposal PKM 5 bidang, salah satunya adalah proposal tim PKM-PM yang berjudul “Sex Education Anak Tunagrahita Melalui Media Pop Up Book yang Terintegrasi VR Video di SLBN Cendono Kudus”. Tim ini beranggotakan 5 mahasiswa yaitu Josephine Gabriella sebagai ketua tim, Isnaini Khalimatus Sa’diyah sebagai anggota tim 1, Diah Murtiningsih sebagai anggota tim 2, Ahmad Aufan Nur Hakim sebagai anggota tim 3, dan Clirista Trefilona Grasialika sebagai anggota tim 4, dan 1 dosen pembimbing yaitu Wiwit Ariyani S. H., M. Hum. Tim ini disebut juga sebagai tim Sewagati Cendono. Kegiatan ini akan berlangsung selama kurang lebih 4 bulan yaitu dari bulan Juni hingga Oktober 2023.

Tim Sewagati Cendono saat ini memilih SLB Negeri Cendono sebagai mitra dalam melakukan pengabdian Masyarakat. SLB Negeri Cendono Kudus merupakan sekolah yang menaungi kegiatan pendidikan untuk anak anak berkebutuhan khusus. Sekolah ini terletak di Dusun Madu, Desa Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1984 yang pada tahun ajaran pertama yaitu tahun 1984/1985 memiliki 21 peserta didik. Dari tahun ke tahun jumlah peserta didik di SLB ini mengalami kenaikan. Pada tahun ajaran 2022/2023 memiliki 45 orang peserta didik tunagrahita. Namun sekolah ini memiliki bermacam-macam kelas ketunaan seperti tunarungu, tunagrahita, tundaksa, dan autis.

Berdasarkan data yang didapat oleh tim Sewagati Cendono, data Komnas Perempuan pada tahun 2019 menunjukkan bahwa jumlah kekerasan naik menjadi 79% dibandingkan 2018 dengan kasus pelecehan seksual terbanyak pada ABK dengan Disabilitas Intelektual (DI/Tunagrahita) yakni sebanyak 47%. Sama halnya dengan kasus kekerasan oleh perempuan mencapai 87 kasus kekerasan terhadap perempuan dengan jumlah korban kekerasan seksual tertinggi adalah perempuan penyandang disabilitas intelektual sebanyak 41 korban atau persentasenya sebanyak 47%. (Komnas Perempuan, 2021). Sedangkan data DATA Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) 2021 menunjukkan, telah terjadi 987 kasus kekerasan terhadap anak penyandang disabilitas yang dialami 264 anak laki-laki dan 764 anak perempuan (Perempuan, 2022). Hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan mereka terkait dengan sex education tersebut.

Berdasarkan hasil survei melalui wawancara dan observasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Cendono Kudus, para guru hendak melakukan pendidikan seks bagi peserta didik mereka tapi untuk saat ini masih disosialisasikan kepada para guru saja karena mereka masih belum menemukan metode yang tepat untuk mengajarkan kepada peserta didiknya. Hal ini mereka lakukan untuk meminimalisir tindakan kekerasan seksual yang terjadi pada peserta didiknya. Oleh karena itu, tim Sewagati Cendono memberikan inovasi pembelajaran dengan penggunaan media pembelajaran Pop Up Book yang terintegrasi dengan VR Video.  

Pop-Up Book merupakan inovasi dalam bentuk buku yang mampu menampilkan potensi dan isi buku tersebut melalui desain tiga (3) dimensi yangdimunculkan melalui penggabungan lipatan, gulungan, maupun putaran (Umam, Bakhtiar and Iskandar, 2019). Media ini nantinya akan di isi dengan gambar-gambar kartun yang lucu dan berwarna, kemudian di akhir halaman akan diberikan Kode QR yang apabila di scan akan terintegrasi ke website. Di website tersebut akan menampilkan VR Video yang berisi gambar dan penjelasan secara audio visual agar peserta didik lebih paham terkait dengan pendidikan seks.

Setelah diberikan media pembelajaran tersebut, peserta didik akan diberikan games yang berhubungan dengan pendidikan seks tersebut agar mereka dapat lebih paham dan lebih bisa menjaga diri. Kemudian, peserta diminta memberi tanggapan dengan diajak bercerita tentang pembelajaran yang dilakukan. Kemampuan menyimak peserta didik setelah mengikuti pembelajaran  dengan menggunakan media audio visual dapat meningkat dan peserta didik lebih antusias serta termotivasi dalam proses pembelajaran (Saputra, Darwis and Febrianto, 2019).

Sebelum media pembelajaran ini dapat diimplementasikan kepada peserta didik di SLB Negeri Cendono Kudus, tim Sewagati Cendono melakukan sosialisasi dan pelatihan bagi guru-guru disana agar setelah program pengabdian ini selesai tetap dapat dilanjutkan dan diimplementasikan kepada kelas-kelas lain. Tentu saja hal ini mendapatkan respon positif dan antusiasme guru-guru disana karena media pembelajaran ini termasuk hal baru bagi mereka.

Harapannya, setelah ada program PKM-PM ini dapat membuat peserta didik di SLB Negeri Cendono lebih paham tentang apa itu Sex Education dan bagaimana cara menjaga diri mereka dari perilaku yang termasuk dalam pelecehan seksual. (ADH/*)

KOMENTAR SEDULUR ISK :