Kudus, isknews.com – Universitas Muria Kudus (UMK) bersama Pemerintah Desa Jepang Pakis, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus menggagas program “Dewi Prabu” atau Desa Wirausaha Pisang Raja Bulu sebagai upaya membangun desa berbasis potensi lokal dan keberlanjutan.
Inisiatif ini digerakkan oleh mahasiswa UKM Bisnis dan Startup Mahasiswa (BISMA) UMK melalui Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa).
Program bertajuk “Collaborative Entrepreneurship melalui Diversification Product untuk Mewujudkan Desa Wirausaha Pisang Raja Bulu (Dewi Prabu) Berbasis Sustainability” ini diluncurkan dalam seremoni penerjunan mahasiswa di Balai Desa Jepang Pakis, belum lama ini.
Ketua UKM BISMA, Sarah Nabela, mahasiswa Program Studi PGSD semester 7 UMK, menyebutkan bahwa program ini menjadi momen penting penerapan ilmu kewirausahaan yang selama ini dipelajari di bangku kuliah ke dalam realitas sosial masyarakat desa.
“Melalui program ini, kami ingin membuktikan bahwa mahasiswa bisa menjadi penggerak perubahan positif, khususnya dalam pengembangan potensi desa,” ujar Sarah.
Pisang Raja Bulu yang menjadi komoditas unggulan Desa Jepang Pakis diangkat sebagai simbol kekuatan ekonomi lokal. Lewat pendekatan kolaboratif antara mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah desa, program ini bertujuan menciptakan diversifikasi produk olahan pisang, memperkuat branding desa, serta menumbuhkan jiwa kewirausahaan berbasis teknologi dan keberlanjutan.
“Pisang Raja Bulu bukan sekadar buah lokal, tapi simbol potensi ekonomi yang bisa mengangkat citra desa. Dengan inovasi dan branding yang tepat, Jepang Pakis bisa menjadi percontohan desa agroindustri,” lanjutnya.
Sarah menambahkan, mahasiswa tidak hanya bertindak sebagai fasilitator, tetapi juga sebagai mitra belajar yang tumbuh bersama warga. Kegiatan ini melibatkan pelatihan produksi olahan pisang, pendampingan usaha, hingga penyusunan strategi pemasaran berbasis digital.
Ketua Tim PPK Ormawa, Mardhiyah Utami, juga dari PGSD semester 7 UMK, menegaskan pentingnya pendekatan berkelanjutan dalam pelaksanaan program ini. “Kami tidak hanya fokus pada hasil jangka pendek, tapi juga memastikan program ini bisa terus berjalan dan bermanfaat dalam jangka panjang,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa Dewi Prabu adalah bentuk nyata integrasi antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai sosial yang dihasilkan dari kolaborasi kampus dan desa. “Ini adalah praktik nyata socio-technopreneurship yang lahir dari desa, oleh desa, dan untuk desa,” imbuhnya.
Program ini juga mengedepankan prinsip ramah lingkungan dan pemberdayaan sosial. Dari proses produksi yang minim limbah hingga pelibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan, Dewi Prabu menjadi langkah awal transformasi Jepang Pakis menuju desa wirausaha yang kreatif, mandiri, dan berdaya saing tinggi.
Dengan sinergi yang kuat antara UMK dan masyarakat desa, “Dewi Prabu” diharapkan menjadi model replikasi pengembangan desa berbasis potensi lokal dan keberlanjutan di wilayah lainnya. (AS/YM)







