Kudus, isknews.com – Komite Ekonomi Kreatif (KEK) Kabupaten Kudus menggelar Workshop Musik Keroncong pada Sabtu, 26 April 2025 di Taman Krida Kompleks GOR Wergu Wetan. Acara ini menghadirkan Abdul Rachman, atau akrab disapa Kemplinx, seorang dosen Pendidikan Musik Universitas Negeri Semarang (Unnes) sekaligus peneliti musik keroncong.

Ketua KEK Kabupaten Kudus, Valerie Yudistira, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program subsektor musik yang telah dirancang sejak tahun lalu. “Program ini Alhamdulillah sejalan dengan visi Bupati terpilih, Pak Sam, yang juga ingin mendorong pengembangan ekonomi kreatif di Kudus,” ujarnya.
Valerie menjelaskan, fokus workshop ini adalah melestarikan musik keroncong, yang merupakan salah satu warisan budaya Nusantara, namun kini mulai tergerus. “Harapannya lewat workshop semacam ini, masyarakat, khususnya generasi milenial dan Gen Z, bisa lebih mengenal dan tertarik dengan musik keroncong,” tambahnya.
Ia juga mengungkapkan rencana ke depan untuk mendorong musik keroncong lebih hidup di Kudus. Salah satunya dengan memperkenalkan pertunjukan keroncong di coffee shop, foodcourt, hingga kolaborasi dengan subsektor kuliner dan seni pertunjukan lainnya.
“Workshop ini baru awal. Ke depan, kami ingin mengembangkan konsep ‘Keroncong Goes to School’ atau bahkan ‘Keroncong Goes to Campus’. Kita juga butuh dukungan banyak pihak untuk membesarkan subsektor musik di Kudus, termasuk menggandeng Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni,” kata Valerie.
Lebih jauh, ia menambahkan bahwa KEK Kudus berencana menggelar Pameran Ekonomi Kreatif sekitar bulan Juni atau Juli 2025. Pameran ini akan melibatkan 17 subsektor ekonomi kreatif, seperti kuliner, seni pertunjukan, fashion, perfilman, teater, hingga kriya. Namun, tiga hingga lima subsektor unggulan seperti kuliner, seni pertunjukan, dan fashion akan menjadi prioritas, karena telah berkembang pesat di masyarakat Kudus.
Terkait subsektor musik keroncong, Valerie menyoroti bahwa meski festival keroncong tahun lalu hanya diikuti empat kelompok, potensi sebenarnya masih besar. Ia melihat adanya peluang besar bila musik keroncong bisa dibumikan di ruang-ruang publik seperti kafe dan ruang kuliner.
“Usia penikmat keroncong di Kudus sekarang sudah mulai bergeser, banyak dari kalangan usia 20-30 tahun, bahkan dari komunitas musik rock dan blues pun mulai tertarik. Ini peluang bagus,” tuturnya.
Ia juga menegaskan bahwa kegiatan ekonomi kreatif tidak hanya soal kemeriahan acara, tetapi bagaimana subsektor ini berdampak pada pergerakan ekonomi daerah. “Seperti saat kita mendorong lahirnya Tarian Kretek yang telah tercatat di MURI, itu semua awalnya dari kerja keras teman-teman ekraf,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus, Mutrikah, mengapresiasi terselenggaranya workshop ini. Ia berharap kegiatan ini menjadi langkah nyata dalam memperkuat pelestarian budaya dan membangkitkan sektor ekonomi kreatif di Kudus.
“Ini adalah upaya konkret untuk menjaga kekayaan budaya kita sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat. Semoga terus berlanjut dan berkembang,” ujar Mutrikah. (AS/YM)








