Banana Garden PPR Luncurkan Gerakan “Nabung Ayam” sebagai Kampus Literasi Ayam Lokal Indonesia

oleh -177 Dilihat
oleh
Foto: Istimewa

Kudus, isknews.com – Senin (25/11/2025) Gerakan baru berbasis pemberdayaan dan pelestarian plasma nutfah ayam lokal tengah mencuri perhatian publik. Program yang digagas oleh Paguyuban Petani Persaudaraan Pati Raya (P3R) dan berpusat di Kampus Literasi Alam Banana Garden ini resmi meluncurkan konsep “Nabung Ayam”, sebuah inovasi edukasi dan ekonomi kerakyatan yang menggabungkan konservasi ayam lokal, literasi agripreneur, dan wakaf produktif.

Meski baru “ancang–ancang”, gerakan ini sudah ramai diperbincangkan. Berbagai pihak datang bergiliran untuk belajar, berdiskusi, hingga memberikan dukungan. Dua dosen dari UIN sempat berkunjung, disusul para petani–peternak, dan pembimbing senior pakar BSM plat K dan pak KB yang memberi arahan langsung di lapangan.

Tiga Kandang Pertama, Pondasi Sebuah Gerakan Besar

Banana Garden baru membangun 3 kandang awal, namun visi besarnya sangat jelas, 20 jenis ayam lokal Indonesia akan dilestarikan dan dijadikan pusat riset, edukasi santri, siswa, hingga mahasiswa. Saat ini, koleksi awal terdiri dari:

  1. Ayam Kedu
  2. Ayam Jowo Lokal
  3. Ayam Kub
  4. Ayam Pelung
  5. Ayam Burma

Dalam dua minggu mendatang, sudah dipesan tambahan jenis unggulan:

  1. Ayam Cemani
  2. Ayam Arab
  3. Ayam Joper
  4. Ayam Elba

Salah satu kandang bahkan telah menunjukkan progres menggembirakan: 40 butir telur sedang dalam proses penetasan. “InsyaAllah segera menetas optimal,” terang Rochmad Taufiq, inisiator utama program.

Literasi Ayam Lokal dan Wakaf Produktif

Keunikan gerakan “Nabung Ayam” terletak pada modelnya yang membuka ruang wakaf produktif. Siapa saja bisa berpartisipasi dalam pelestarian ayam lokal Indonesia mulai dari mahasiswa, akademisi, tokoh masyarakat, hingga petani. Tujuannya jelas:

  1. Menghadirkan pusat literasi ayam lokal Indonesia
  2. Menjadi laboratorium belajar bagi santri dan siswa
  3. Menjadi pusat riset bagi mahasiswa berbagai kampus
  4. Menghidupkan kembali kearifan lokal dan sumber pangan unggulan Nusantara

Antusiasme publik pun mengalir deras. Sejumlah tokoh telah menyatakan dukungan dan menyerahkan wakaf produktif berupa ayam dan domba, antara lain:

  1. Dr. Carto Nuryanto, perwira polisi sekaligus dosen hukum UIN Kudus, yang bahkan berniat istiqomah berwakaf tiap bulan
  2. Dr. Arista, Kaprodi Fakultas Hukum dan Guru Besar UNW Semarang
  3. Febrian, mahasiswa hukum UNW
  4. Dr. Iwan dari Kagama
  5. Pelaku UMKM Si Cho

Serta banyak muwakif lain yang saat ini menunggu antrean untuk turut berkontribusi

Pergerakan Pelan Tapi Pasti

Dengan semangat kolaborasi dan dukungan lintas kampus, komunitas, dan profesi, gerakan “Nabung Ayam” dianggap sebagai terobosan nyata dalam pelestarian ayam lokal Indonesia.

“Pelan bergerak dan pasti,” tegas Taufiq, menandai awal dari sebuah transformasi besar yang lahir dari kampung, namun berpotensi memberi dampak nasional.

Program ini bukan sekadar beternak ayam. Ia adalah gerakan literasi, edukasi, riset, pemberdayaan, dan kemandirian ekonomi berbasis kearifan lokal dimulai dari tiga kandang kecil di Banana Garden, menuju masa depan peternakan Nusantara yang lebih berdaulat. (*)

KOMENTAR SEDULUR ISK :
oleh