Achmad Hilal Madjdi: RA Kartini, Penutur Bahasa “Hipnotalk” Ulung di Masanya

oleh -332 kali dibaca
Foto: Guru Besar Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muria Kudus (UMK), Achmad Hilal Madjdi. (Foto: Dok. UMK)

Kudus, isknews.com – Jauh sebelum dunia modern mengenal istilah hipnotis atau hipnotalk, RA Kartini telah menunjukkan keahliannya dalam merangkai kata-kata yang mampu menyentuh alam bawah sadar dan membangkitkan semangat juang rakyat Indonesia. Untaian kata-kata puitis dan sarat makna dari pahlawan emansipasi wanita ini terbukti mengandung kekuatan sugestif luar biasa—yang kini dikenal sebagai kekuatan “hipnotalk”.

Pernyataan ini disampaikan oleh Guru Besar Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muria Kudus (UMK), Achmad Hilal Madjdi, dalam refleksi Hari Kartini tahun ini. Dalam tulisannya, ia mengulas kekuatan komunikasi RA Kartini yang tidak hanya inspiratif, namun juga bekerja secara bawah sadar layaknya teknik hipnosis dalam dunia modern.

“Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebenarnya kejam,” kutipan Kartini itu menurut Hilal adalah bentuk nyata dari sugesti kuat yang mampu mempengaruhi alam bawah sadar pembacanya.

Hilal menjelaskan, konsep “hipnotalk” sendiri merujuk pada teknik berbicara yang membawa pendengarnya dalam kondisi mental yang rileks, fokus, dan sangat responsif terhadap saran atau pesan yang disampaikan. Komunikasi model ini biasa digunakan dalam pendidikan karakter atau terapi kejiwaan modern. Namun, Kartini sudah melakukannya jauh sebelum istilah tersebut dikenal luas.

“Kata-kata Kartini itu seperti menghipnotis para pembacanya. Ia menulis dengan kekuatan persuasi dan daya gugah yang luar biasa. Di masanya, belum banyak yang memiliki kemampuan bertutur sekuat itu,” paparnya.

Tidak hanya tentang mimpi dan kehidupan, Kartini juga menulis secara sugestif soal pendidikan, peran perempuan, hingga nasionalisme. Misalnya dalam tulisannya, ia menyampaikan: “Pendidikan untuk wanita sangat penting dalam konteks mendukung perannya sebagai istri dan ibu yang bermimpi besar. Tapi kalau salah kaprah dan menelantarkan anak-anaknya, berarti sama saja dengan membodoh lagi.”

Bagi Hilal, pernyataan tersebut memiliki kekuatan mental untuk menggugah masyarakat agar memberikan perhatian serius terhadap pendidikan perempuan. Bahkan ia menyebut, Kartini mampu menurunkan gelombang ego feodalisme dan membangkitkan kesadaran sosial melalui kata-katanya.

“RA Kartini tidak hanya menulis surat. Ia membangun peradaban melalui bahasa. Tuturannya bersifat transformatif, menyentuh langsung emosi, membangun kesadaran kolektif, dan menggerakkan perubahan,” tambahnya.

Hilal menilai, warisan utama RA Kartini bukan hanya pada gerakan emansipasi wanita, tetapi juga pada bagaimana ia menggunakan bahasa sebagai senjata untuk meruntuhkan dominasi dan membebaskan pikiran bangsanya.

Sebagai penutup, ia mengajak masyarakat untuk tidak sekadar mengenang Kartini sebagai simbol, namun juga merenungkan dan meneruskan kekuatan gagasannya. “Kartini adalah sosok yang telah mempraktikkan hipnotalk jauh sebelum istilah itu dikenal. Ia adalah penutur kata-kata penggerak kesadaran bangsa,” pungkasnya. (AS/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :