Kudus, isknews.com – Perayaan Bwee Gee di Kelenteng Hok Hien Bio, Desa Getas Pejaten, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, berlangsung meriah pada Minggu (12/1/2025). Acara kirab budaya ini tak hanya menjadi tradisi ritual keagamaan, tetapi juga ajang pelestarian budaya sekaligus penggerak sektor pariwisata di Kudus.
Bupati Kudus terpilih, Samani Intakoris, turut hadir menyaksikan langsung perayaan ini. Ia memberikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya acara yang berhasil memadukan unsur agama, budaya dan pariwisata ini.
“Tradisi Bwee Gee ini memperlihatkan kekayaan budaya yang kita miliki sekaligus menjadi daya tarik wisata yang potensial bagi Kabupaten Kudus. Saya berharap acara ini dapat terus dilestarikan,” ujar Samani.
Samani hadir didampingi Ketua Fraksi Gerindra Kudus Valerie Yudistira Pramudya, Kepala Kesbangpol Kudus Fitriyanto, Kemenag Kudus Suhadi, dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kudus Mutrikah.
Valerie Yudistira Pramudya berharap, tradisi seperti Bwee Gee dapat menjadi program destinasi wisata berskala nasional dengan sinergi dari berbagai pihak.
Sementara itu, Mutrikah selaku Kepala Disbudpar Kudus menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung keberlangsungan acara ini. Menurutnya, Bwee Gee memiliki dampak positif terhadap peningkatan kunjungan wisatawan, yang berujung pada peningkatan ekonomi masyarakat.
“Acara ini menghadirkan peserta dari kelenteng-kelenteng seluruh Indonesia, seperti Semarang, Bekasi, Sidoarjo, Madiun, hingga Gresik. Selain melestarikan tradisi, acara ini juga memberikan dampak langsung pada tingkat hunian hotel, warung makan, restoran, PKL, pusat oleh-oleh, dan tempat wisata lainnya,” jelas Mutrikah.
Tradisi Kirab 29 Patung Dewa
Menurut Panitia acara, Yogiem mengatakan, ada sebanyak 29 patung dewa dari berbagai kelenteng di Indonesia turut dikirab dalam acara ini. Kirab Bwee Gee merupakan ritual penghormatan dan rasa syukur kepada Dewa Bumi.
“Kirab dimulai dari Kelenteng Hok Hien Bio, melewati sejumlah jalan utama seperti Jalan dr. Loekmonohadi, Jalan Mangga, Jalan Sunan Kudus, Alun-alun Simpang Tujuh, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Tanjung, Jalan Pemuda, hingga kembali ke kelenteng. Total rute yang ditempuh sejauh lima kilometer,” terang Yogiem
Warga Kudus tampak antusias memadati sepanjang rute kirab. Tradisi ini menjadi momen spiritual, sekaligus mempererat hubungan sosial dan budaya.
Simbol Budaya: Ogoh-Ogoh Sun Go Kong
Salah satu ikon utama dalam kirab tahun ini adalah ogoh-ogoh raksasa Dewa Sun Go Kong setinggi tiga meter. Ogoh-ogoh tersebut menjadi simbol visual yang menarik perhatian masyarakat.
Proses pembuatan ogoh-ogoh dilakukan oleh tim pembuat yang terdiri dari 10 orang dan memakan waktu hampir dua minggu. “Kami membuatnya dari bahan sponeva, bambu rotan, peralon, bulu sintetis, dan bahan-bahan lainnya. Semua dikerjakan lembur hingga pukul 03.00 dini hari,” ujar Yogiem, salah satu tim pembuat ogoh-ogoh.
Tradisi Bwee Gee di Kelenteng Hok Hien Bio tahun ini menjadi bukti nyata bahwa budaya dan pariwisata dapat berjalan berdampingan. Kudus kembali menunjukkan potensi besarnya sebagai kota yang kaya akan tradisi dan mampu menarik wisatawan dari berbagai daerah. (AS/YM)