Dari Limbah Jadi Uang: Anak Muda Kudus Raup Cuan dari Arang Briket

oleh -510 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Di tengah naik turunnya kondisi ekonomi, sebagian warga Kudus tetap berusaha bertahan dengan memanfaatkan peluang dari sektor usaha kecil, salah satunya adalah produksi arang briket, yang memanfaatkan limbah tempurung kelapa menjadi bahan bakar alternatif.

Ridwan (20), salah satu pelaku usaha arang briket asal Kudus, menceritakan bagaimana ia merintis usahanya sejak tahun 2020. Berawal dari rasa penasaran dan iseng membuat arang briket setelah melihat tren di media sosial, usaha yang awalnya coba-coba itu kini menjadi sumber penghasilan.

“Awalnya saya sama teman iseng-iseng buat briket, taunya dari sosmed. Terus saya coba jual di Facebook, ternyata rame peminatnya. Dari situ saya belajar sendiri sampai akhirnya mutusin usaha briket ini,” jelas Ridwan.

Menurutnya, bahan baku briket yang digunakan berasal dari limbah tempurung kelapa. Selain lebih ramah lingkungan, batok kelapa juga dinilai menghasilkan kualitas briket yang lebih baik dibandingkan limbah kayu.

Untuk penjualan, Ridwan mengaku masih fokus di pasar lokal. Pelanggannya mulai dari tukang sate, angkringan bakaran, restoran, hingga penjual roti balok. Ia juga memanfaatkan platform digital seperti Facebook. Shopee, Tokopedia, hingga TikTok Shop.

“Kalau hari-hari biasa sih normal aja, tapi pas tahun baru sama Idul Adha itu penjualan bisa naik drastis. Apalagi harga briket saya bisa dibilang terjangkau,“ lanjutnya.

Merintis usaha ini tidak lepas dari tantangan. Di awal-awal, ia kesulitan mendapatkan bahan baku dan alat produksi. Bahkan, sempat membuatnya hampir menyerah dan berhenti beberapa bulan.

“Dulu manual semua, bahan ditumbuk, dicetak pakai tangan. Setelah rame, saya nekat cari modal buat beli mesin, tapi yang kapasitas kecil. Akhirnya saya rakit sendiri mesinnya biar gak habis di modal,” ungkapnya.

Kini, perlahan-lahan perlengkapan produksinya sudah mulai memadai. “Alhamdulillah sekarang alat produksi udah hampir lengkap, dibantu orang tua juga dari segi modal, jadi proses produksi lebih lancar. Tinggal ke depan munkin nambah kapasitas bahan baku,” tambahnya.

Meski begitu, perhatian dari pemerintah terhadap pelaku usaha kecil seperti dirinya masih minim. Ridwan sendiri mengaku belum pernah mencoba mengajukan bantuan karena khawatir ribet dengan prosedur yang ada.

Selain itu, ada juga anggapan bahwa produksi arang briket bisa menyumbang polusi. Namun Ridwan menepis hal tersebut. Menurutnya, justru usahanya membantu mengurangi limbah, terutama limbah tempurung kelapa yang sebelumnya dibuang percuma.

“Soal polusi paling ya pas proses pembakaran bahan. Tapi limbahnya malah gak ada, kita manfaatin limbah yang tadinya dibuang, jadi arang briket,” ujarnya.

Ridwan berharap ke depan, usaha arang briket di Kudus bisa semakin berkembang dan dikenal lebih luas. Ia juga menekankan pentingnya dukungan, terutama dari pemerintah, agar pelaku usaha kecil bisa lebih mudah dalam pemasaran dan mendapatkan akses pasar yang lebih luas.

“Yang penting itu pemasaran sama jaringan. Kalau itu didukung, usaha kecil kayak saya bisa maju,” tutup Ridwan. (Saputro)    

KOMENTAR SEDULUR ISK :