Debit Sudah Dekati Ambang Batas Maksimal, Sungai Wulan Waspada Banjir

oleh -1,944 kali dibaca
Dokumentasi gambar bendung Wilalung pada tahun lalu (Foto: YM)

Kudus, isknews.com – Debit Sungai Wulan yang membelah Kabupaten Kudus dan Demak terus mengalami kenaikan hingga mendekati ambang batas maksimal 800 meter kubik per detik (m³/detik). Hingga Minggu (1/1) pukul 15.00 tercatat debit air Sungai Wulan atau debit Klambu mencapai 790 m³/ detik. Kenaikan debit terjadi karena bagian hulu Sungai Serang di daerah Menduran
Kecamatan Brati Grobogan dan kawasan Sungai Lusi masih mendung dan turun hujan.

Koordinator lapangan (Korlap) induk Bangunan Pengendali Banjir Wilalung Lama (BPBWL), Heri Bangkit Setyadi mengaku terus memantau pergerakan debit air Sungai Wulan yang mengalami kenaikan. Pada Minggu pagi, debit Sungai Wulan tercatat 750 m³/ detik, dan bergerak naik menjadi 770 m³/ detik, kemudian siang 775 m³/ detik dan sore hari 790 m³/ detik.

“Debit air masih sangat fluktuatif, tergantung intensitas dan curah hujan di bagian hulu Sungai Serang. Kalau hujan reda, debit air turun. Begitu intensitas dan curah hujan tinggi seperti sekarang ini, debit air cenderung mengalami kenaikan,” ungkapnya.

Pergerakan debit air empat jam ke depan menurutnya sangat menentukan, dengan terus naiknya debit air Sungai Wulan.
Seperti diketahui, permulaan banjir Sungai Wulan terjadi saat debit air naik mulai 400 m³/ detik hingga 500 m³/ detik atau disebut siaga I (bahaya I), siaga II antara 500 m³/ detik- 550 m³/ detik, dan di atas 550 m³/ detik siaga III. Sungai Wulan kini berstatus siaga III atau cukup membahayakan.

Sesuai standar operasional prosedur (SOP), otoritas berwenang harus mengurangi beban air Sungai Serang yang mengalir ke Sungai Wulan jika debit sudah mencapai lebih 800 m³/ detik. Yakni dengan membuka pintu BPBWL yang mengarah ke Sungai Juwana selebar 10 centimeter (cm). Bendung tersebut memiliki sembilan pintu, tujuh menghadap ke Sungai Juwana dan dua lainnya mengarah ke Sungai Wulan.

“Debit air Sungai Wulan sedikit lagi sudah mencapai ambang batas maksimal 800 m³/ detik. Kita lihat perkembangan nanti malam. Kalau pintu air memang harus dibuka ke Sungai Juwana, maka harus ada izin pimpinan. Selain itu harus disaksikan pejabat muspika dua kabupaten terdekat, yaitu Kudus dan Demak,” terang Heri.

Sementara, Ketua Daerah Irigasi (DI) Klambu Wilalung, Akrab mengatakan, naiknya debit air Sungai Wulan yang hampir mencapai 800 m³/ detik sungguh mengkhawatirkan. Pembukaan pintu air ke arah Sungai Juwana mungkin akan dilakukan jika kondisi benar- benar darurat akibat tingginya debit air Sungai Wulan.

Dan apabila itu dilakukan, dampaknya cukup besar karena akan terjadi limpasan banjir di sepanjang sungai itu.

Sejumlah desa di Kecamatan Undaan, Mejobo, Jekulo dan Jati, serta sebagian desa di wilayah Kabupaten Pati, lahan pertaniannya terancam tenggelam. Dampak paling serius terjadi di beberapa desa di Kecamatan Undaan, meliputi Desa Kalirejo, Berugenjang, Wonosoco, Kutuk, Karangrowo dan beberapa desa lainnya. Ribuan hektar tanaman padi siap panen dan yang sudah mencapai umur 60 hari hingga 75 hari, akan terendam. Jika rendaman berlarut hingga beberapa hari, tanaman padi jadi puso.

“Luas lahan pertanian di wilayah Undaan 5.600 hektar. Sepertiganya atau sekitar 2.000 hektar terancam tenggelam jika terjadi penggelontoran air ke sungai Juwana,” ujar Akrab yang juga Wakil Ketua Federasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (FP3A) Sistem Kedungombo dan Ketua Gabungan P3A Bangkit Jaya Kecamatan Undaan Kudus.

Pembuangan air ke Sungai Juwana juga mengancam kawasan pemukiman di Kecamatan Jati Kudus, terutama Dukuh Gendok, Barisan dan Tanggulangin, serta kawasan Terminal Bus Induk Jati. Hal itu disebabkan meluapnya Sungai Bakinah setelah mendapatkan kiriman air dari Sungai Juwana. Ketiga pedukuhan kini telah terendam air akibat curah hujan tinggi yang terjadi selama satu pekan.

“Kalau kemudian ada luapan air melalui Sungai Bakinah, genangan di tiga pedukuhan akan semakin tinggi. Mudah- mudahan debit air Sungai Wulan segera turun, sehingga ancaman banjir di lahan pertanian dan pemukiman warga tidak terjadi,” tandasnya. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.